“Saya terima nikah dan kawinnya Naura Almira Atmajaya binti Angga Atmajaya dengan maskawin tersebut, tunai.”
Dengan suara tegas tanpa ada rasa ragu Raka mengucapkan ijab kabul di depan penghulu, saksi dan Neil--menggenggam erat tangannya. Karena Naura tidak punya orang tua dan sanak saudara yang mewakili, maka Neil sebagai orang terdekat Naura ditunjuk menjadi wali nikahnya.
Dua minggu setelah kejadian Naura bertemu kembali dengan Raka, akhirnya Raka benar-benar menikahi belahan jiwanya.
“Bagaimana, saksi? Sah?” tanya penghulu pada kedua pria di samping kiri dan kanan Raka.
“Sah.”
“Sah.”
“Alhamdulillah, barakallah ....” Seketika riuh menggema di ruangan. Semua mengucap syukur dan do’a pun menggema untuk kedua mempelai. Semoga ini awal kehidupan yang baik bagi Naura dan Raka setelah melewati lika-liku kisah cinta yang rumit.
“Yes, akhirnya jadi suami sah Naura.” Raka bersorai, tanpa canggung memeluk Naura, hingga semua tertawa melihat tingkahnya.
“Sabar, Bro. Masih lama malamnya,” goda Neil mengedipkan mata semakin membuat semua orang terbahak. Sementara Naura, wajahnya merah padam, hanya bisa bersembunyi di dada bidang suaminya. Ya, suaminya, Raka Earnest Forrester, bukan yang lain.
“Kau senang, Baby Yukhei?” Sunny mengangkat bayi berumur dua bulan itu dari pangkuannya, menatap lekat bola matanya. Kemudian melirik kekasihnya.
“Kapan kita menyusul couple ini.” Sunny menyenggol lengan Do-jin. Pria tinggi itu hanya melontarkan senyuman dan mengelus pucuk kepala kekasihnya.
***
“Selamat menempuh hidup baru!!”
Ucapan selamat dari tamu undangan di gedung ballroom menggema, seiring sepasang pengantin baru itu berjalan menuju panggung dengan lemparan bunga mawar menaungi sepanjang mereka berjalan. Naura memakai gaun pengantin putih tampak serasi dengan Raka yang memakai tuxedo putih. Sepanjang jalan, Naura mengapit lengan Raka - berjalan dengan gagahnya. Keduanya selalu mengumbar senyum bahagia.
Hari ini resepsi pernikahan mereka digelar setelah sehari yang lalu melakukan akad nikah. Mereka tak jadi menikah di tanah air atau pun di pulau Jeju melainkan di kota Seatle. Raka telah memutuskan untuk menetap di kota Seatle. Tempat dulunya dia menyembuhkan hatinya yang luka. Di kota ini juga, Raka akan memulai kehidupan barunya bersama Naura dari nol. Membangun bisnis sendiri untuk menghidupi keluarga kecilnya.
“Saatnya pengantin wanita melempar bunga. Ayo! Yang single, siap-siap merapat dan memperebutkan buket bunganya dari sang pengantin.” Seorang MC wanita memberikan isyarat untuk Naura berdiri di tengah-tengah panggung--pada sesi resepsi terakhir. Dalam hitungan ketiga Naura melempar bunganya dengan berbalik badan. Tanpa disangka yang mendapatkan buket bunga itu seorang pria tinggi berkebangsaan Korea. Pria itu tersenyum. Berjalan pelan ke arah sosok yang malu-malu di samping Cathie - menggendong Baby Yukhei. Pria itu duduk berlutut. Menyodorkan buket bunga pada wanita impiannya. Tersenyum sembari berkata dengan penuh keyakinan.
“Sunny, will you marry me?”
Sorakan dari tamu undangan membahana mendukung sosok wanita itu untuk menerima pinangan kekasihnya, begitu pun dengan Naura. Semoga saja setelah dirinya menikah, Sunny, sahabatnya menyusul menikah dengan Park Do-jin.
“Yes, i do.” Dengan menahan airmata Sunny menerima pinangan kekasih hatinya diiringi sorakan dan tepuk tangan bahagia dari tamu undangan. Berakhir sudah pesta resepsi pernikahan Naura dan Raka digelar hari ini.
“Yuhuuu, saatnya bulan madu!” Raka bersorai bahagia, mencium bibir Naura tanpa malu di depan umum. Toh, sudah sah juga jadi istrinya. Hanya saja, ekhem ... malam pertama mereka sebagai pengantin baru--kemarin malam--gagal total karena ada makhluk kecil mereka yang mengganggu. Baru saja Raka melakukan pemanasan, keduanya dikejutkan dengan tangisan Baby Yukhei.
***