Dear My Beloved Doctor

STOOPID NERD
Chapter #4

Dokter Tangguh dari Yeongdeok

Selasa, 3 April 2018. Pukul 18:00.

Hyejung berdiri di depan pintu utama Daegu Metropolitan Medical Center sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jas dokter yang ia kenakan. Selagi menunggu, ia kerap menyapa beberapa tamu rumah sakit yang datang dan pergi. Keramahan sikapnya ini mampu membuat orang-orang sangat menyukainya. Tak lama, ia melihat seseorang yang sedang ditunggunya, Ahn Jisung.

“Jaksa Ahn!” Panggil Hyejung.

Jisung berjalan mendekati Hyejung. Dilihatnya senyum merekah dari wajah perempuan yang berdiri dihadapannya. Senyuman terbaik yang pernah ia lihat dalam hidupnya. Ekspresinya datar, namun dalam hatinya senang bukan kepalang. Namun ia berusaha menyangkal perasaannya.

“Jaksa Ahn, sebaiknya kau lihat dulu kondisi Cha Bora saat ini. Baru setelah itu akan ku jelaskan detail laporannya.”

“Baiklah.”

Hyejung dan Jisung berjalan menuju ruang ICU yang berada di lantai dasar gedung rumah sakit, satu lantai dengan IGD, Ruang Radiologi dan ruang Operasi. Direktur rumah sakit memang sengaja menempatkan empat ruangan itu dalam satu lantai, guna memudahkan perpindahan pasien darurat dalam mendapatkan penanganan medis.

Perawat yang bertugas segera menyemprotkan hand sanitizer pada tangan Hyejung dan Jisung, agar menjaga kesterilan ruang ICU.

Begitu masuk ruang ICU, Jisung melihat Cha Bora terbaring diatas kasur dengan berbagai alat medis menempel di badannya.

“Kemarin malam Cha Bora sempat mengalami gagal jantung. Untungnya masih bisa ditangani. Sekarang kondisinya sudah stabil.” Ucap Hyejung.

“Sudah berapa lama dia tak sadarkan diri?”

“Sudah hampir satu minggu sejak ia dioperasi.”

“Apa yang akan terjadi jika terus seperti ini?” Tanya Jisung yang semakin penasaran dengan kondisi Cha Bora.

“Sejauh ini, dia masih menanggapi cahaya dan masih ada stem sign. Masih ada kemungkinan ia akan sadar. Kita akan mengetahui kondisinya saat melakukan pemeriksaan setelah sadar.”

Setelah mendengarkan penjelasan Hyejung, Jisung menatap Cha Bora yang malang. Ia merasa iba pada gadis berusia 6 tahun yang terkapar dihadapannya.

Selesai melihat kondisi Cha Bora, Hyejung dan Jisung pun keluar dari ruang ICU. Mereka berjalan perlahan sambil berbincang.

“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Cha Bora bisa mendapat luka seperti itu?” Tanya Hyejung pada Jisung.

“Kedua orang tuanya sibuk bekerja, dan tak sempat mengurus Cha Bora. Akhirnya mereka mempekerjakan pengasuh. Menurut hasil penyelidikan sementara, luka itu diperoleh dari pukulan yang dilakukan oleh pengasuh Cha Bora yang tak sabar menghadapi kelakuan Cha Bora. Kasus ini sebetulnya dialihkan ke kejaksaan tiga bulan yang lalu.”

“Apa? Tiga bulan yang lalu?”

“Ya. Tetapi ibu korban hanya menganggap sakit perut biasa dan bukan hal yang perlu ditangani oleh tindakan medis lanjutan. Sehingga jaksa yang saat itu menangani kasus ini menganggapnya tidak begitu mendesak untuk diselesaikan.”

Hyejung dan Jisung pun tiba di depan lift. Saat pintu lift terbuka, Minhyuk keluar dengan wajah yang panik.

Sunbae, kau kemana saja! Kenapa tak menjawab telepon?”

Hyejung meraba-raba saku jas dokternya. “Ah, maaf. Ponselku tertinggal di ruangan. Ada masalah apa?”

“IGD mengabari, terjadi kecelakaan lalu lintas. Sebuah bus yang mengangkut 20 penumpang anak-anak dan 5 penumpang dewasa dari Panti Asuhan Hansa terbalik. Para korban sedang dalam perjalanan menuju kemari.”

“Apa?”

Minhyuk menarik tangan Hyejung, “Sunbae, cepat ke IGD!”

Tanpa berpikir, Hyejung menuruti Minhyuk, dan berlari ke IGD meninggalkan Jisung.

Tiba di IGD, Minhyuk meletakkan telapak tangannya di dahi; Hyejung bertolak pinggang. Masing-masing dari mereka menghela napas panjang saat melihat situasi di IGD. Suara tangisan anak kecil saling bersahutan. Dokter EM dan perawat hilir mudik berlari, ditambah tim paramedis yang semakin banyak membawa pasien. Kedua dokter itu terkejut melihat kondisi IGD yang begitu kacau.

Hyejung menahan seorang perawat yang melintas di depannya.

“Apa ada pasien darurat?” Tanya Hyejung pada perawat itu.

“Ya Dokter, sebelah sana.”

“Dokter Kang, segera panggil Dokter Shin dan Dokter Park untuk segera ke IGD. Minta mereka membantumu mengurus pasien luka ringan.” Perintah Hyejung. “Aku akan mencoba menangani pasien darurat.” Sambungnya.

“Baik, akan ku laksanakan.” Balas Minhyuk.

Hyejung berlari sesuai arahan perawat itu. Dilihatnya seorang dokter EM (Emergency Medicine) sedang melakukan CPR pada pasien berusia sekitar 7 tahun.

“Sudah berapa lama pasien gagal jantung?” Tanya Hyejung pada dokter EM.

“Sudah hampir 20 menit sejak perjalanan menuju kemari.”

“Terus lakukan kompresi.” Perintah Hyejung pada doker EM itu.

“Tolong berikan 1mm epinephrine melalui jalur infus tiap 3 menit!” Ucap Hyejung pada seorang perawat.

Dokter EM itu selesai memberi kompresi. Ia memeriksa denyut nadi, dan dilihatnya kondisi tekanan darah serta detak jantung pasien di monitor. “Dokter Nam, denyut nadi sudah stabil.”

Hyejung meraba bagian dada hingga perut pasien. Aku rasa ini Boerhaave syndrome.* Gumamnya. “Tolong segera lakukan CT Scan.” Pintanya pada dokter EM. 

Pindah ke pasien darurat di sebelahnya. Hyejung memeriksa kondisi pasien itu. Disentuhnya bagian dada anak berusia sekitar 4 tahun itu, dan ia merasakan ada pendarahan.

“Suster! Tolong segera lakukan CT Scan pada pasien ini.” Pinta Hyejung pada perawat yang siaga di sampingnya.

Selagi menunggu hasil CT Scan dua pasien dengan kondisi paling parah, Hyejung memeriksa satu-persatu anak-anak yang tak henti menangis.

“Anak baik, kenapa menangis?” Tanya Hyejung sambil menyeka air mata di pipi anak itu.

“Sakit ….” Ucap anak yang merengek kesakitan itu.

“Oh, sayang … sebelah mana yang sakit?”

Jisung masuk ke IGD. Ia pun terkejut melihat kekacauan yang terjadi. Ia mengedarkan pandangannya, mencari di mana Hyejung berada. Dari kejauhan, terlihat Hyejung yang sedang mengobati pasien anak berusia sekitar 5 tahun, lalu mengusap air mata dan memeluk anak itu agar berhenti menangis. Setelah anak itu tenang, Hyejung pergi menemui pasien lainnya dan melakukan hal yang sama. Ia semakin tersentuh oleh sikap Hyejung, dan pada saat itu, Jisung tak ingin mengganggu Hyejung yang sedang berjuang.

Saat Jisung hendak meninggalkan IGD, ia berpapasan dengan dua dokter wanita yang berlari ke meja administrasi IGD. Dokter itu adalah Shin Naeun dan Park Hara.

Naeun memanggil Hyejung. “Dokter Nam Hyejung!”

Mendengar ada yang memanggilnya, Hyejung segera menghampiri sambil menggendong anak perempuan berusia 4 tahun yang masih menangis.

Sunbae, ini hasil CT Scan.” Ucap Naeun sambil menunjukkan hasil dua hasil CT Scan di laptop yang tersedia.

Hyejung menurunkan anak yang ia gendong, tetapi anak itu kembali menangis saat diturunkan. Lalu Jisung menghampiri secara tiba-tiba.

“Aku saja.” Ucap Jisung.

Hyejung, Shin Naeun, dan Park Hara menoleh ke arah Jisung tanpa berkata.

“Anak itu … biar aku saja yang menggendong anak itu.” Ucap Jisung memperjelas.

Hyejung pun menyerahkan anak itu pada Jisung.

Minhyuk datang dan bergabung dengan Hyejung.

“Sunbae, apa hasil CT Scan dua pasien darurat sudah keluar?” Tanya Minhyuk dengan napas terengah-engah.

“Ya, aku baru akan memeriksanya.”

Lalu mereka memeriksa bersama-sama dua CT Scan itu.

Hyejung menyelidik CT Scan pasien berumur 4 tahun. “Limpanya terluka dan capsule* di sekitarnya robek. Ia membutuhkan bedah spleen.*” Ucap Hyejung. Ia beralih ke hasil CT Scan pasien yang ia diagnosis Boerhaave syndrome.

“Dugaanku benar. Ini Boerhaave syndrome. Perlu melakukan prosedur bedah laparoskopi.*” Ucap Hyejung. “Kondisi kedua pasien darurat. Harus segera dilakukan pembedahan.” Sambung Hyejung.

 “Kita tak punya dokter lagi. Prof. Choi sudah berangkat ke Jepang untuk konferensi.” Ucap Naeun.

“Bagainmana jika serahkan pasien dengan kerusakan limpa ke departemen lain?” Minhyuk memberikan usul.

“Apa kau gila? Membedah balita berbeda dengan orang dewasa. Tidak semua dokter yang ada di departemen lain bisa melakukannya. Selain itu, mereka hanya mau melakukan operasi yang tidak berrisiko.” Sahut Naeun.

“Aku akan mengoperasi keduanya.” Hyejung menimpali.

Sunbae, bagaimana mungkin?” Tanya Minhyuk terkejut.

“Dokter Shin, bisakah kau hentikan dulu pendarahan untuk pasien dengan kerusakan limpa?” Tanya Hyejung dengan raut wajah serius.

“Baik, Sunbae.” Jawab Naeun.

Naeun memang selalu menuruti perintah Hyejung. Tak pernah sekalipun ia meragukan kemampuan seniornya itu. Menurutnya, apapun yang dilakukan Hyejung tidak akan pernah salah dan akan selalu berhasil menyelamatkan nyawa pasiennya.

“Dokter Park, kau sudah siap bekerja bukan? Kau bantu dokter Shin.” Sambung Hyejung.

“Baik, Dokter Nam.” Hara menuruti perintah Hyejung.

Lihat selengkapnya