Kamis, 5 April 2018. Pukul 11:00.
Hyejung menapakkan kaki di Terminal Bus Cepat Kota Daegu sambil menenteng perbekalan di tangan kanan dan kirinya. Ia berjalan menuju pemberhentian taksi, diikuti oleh seorang wanita paruh baya yang mengenakan mantel hangat berwarna merah gelap. Wanita itu adalah Ibu Hyejung, Kim Eunjung.
Kim Eunjung memang sangat menyayangi Hyejung, putri kebanggaanya. Jika Hyejung tidak pulang ke Yeongdeok, maka ia yang akan menjenguk putrinya ke Daegu. Tidak hanya dekat dengan Hyejung, Kim Eunjung juga sangat mengenal rekan kerja putrinya di rumah sakit. Sesekali, Kim Eunjung datang ke rumah sakit dengan membawakan bekal makanan yang bisa disantap berramai-ramai saat jam makan siang, seperti yang ia lakukan sekarang.
Sebuah taksi berwarna oranye berhenti di depan Hyejung. Supir taksi itu turun dari kursi kemudinya dan segera mengangkut barang yang dibawa Hyejung untuk dimasukkan ke bagasi. Hyejung dan ibunya duduk di bangku penumpang belakang. “Ahjussi,* tolong antar kami ke Daegu Metropolitan Medical Center.” Pinta Hyejung saat supir taksi duduk di depan kemudi. Supir itu mengiyakan permintaan Hyejung dan segera melajukan taksinya sesuai arahan Hyejung.
Lima belas menit berlalu. Taksi yang ditumpangi Hyejung dan ibunya tiba di pintu utama Daegu Medical Center. Hyejung memberikan T-Money* untuk membayar taksi sesuai argo yang berlaku. Supir taksi itu menerima T-Money dari Hyejung, dan menempelkannya pada mesin pembayaran elektronik, lalu mengembalikan T-Money pada Hyejung. Usai menyelesaikan pembayaran, supir taksi itu dengan sigap membuka bagasi mobil dan mengeluarkan perbekalan yang Hyejung bawa.
“Terima kasih.” Ucap Hyejung sambil sedikit membungkuk untuk memberikan rasa hormat pada supir taksi itu.
Hyejung dan ibunya bergegas memasuki gedung rumah sakit tempatnya bekerja. Tak pernah sedikitpun rasa bangga luruh dari perasaan Kim Eunjung setiap kali datang ke rumah sakit tempat putrinya bekerja.
Tiba di lantai 4, kehadiran Hyejung dan ibunya disambut oleh para staf medis departemen pediatri.
“Annyeonghaseyo, Eommoni.*” Sapa Naeun dengan santun.
“Oh, Dokter Shin Naeun, kau semakin cantik saja.” Sanjung Ibu Hyejung. Lalu Ibu Hyejung memandang wanita muda yang tampak asing baginya.
“Dia adalah dokter residen di departemen kami, Dokter Park Hara. Baru mulai bekerja beberapa hari yang lalu.” Ucap Hyejung yang mengerti ekspresi wajah ibunya.
“Annyeonghaseyo, Eommoni. Saya Park Hara.” Sapa Hara santun.
“Pantas saja aku tak pernah melihatmu.” Balas Ibu Hyejung sambil menepuk halus pundak Hara. “Sooyoung, aku tidak melihat Dokter Kang Minhyuk. Dimana dia?” Tanya Ibu Hyejung pada Sooyoung.
“Dokter Kang ada di doctor lounge.* Sepertinya kondisinya sedang tidak baik.” Jawab Sooyoung.
Hyejung dan ibunya, serta para staf medis departemen pediatri pun segera menuju doctor lounge untuk menyantap bekal makan siang yang dibawa oleh ibu Hyejung.
Hyejung meletakkan dua tentengan yang ia bawa di meja panjang. Ibu Hyejung membuka satu persatu bungkusan bekal yang ia kemas. Dibukanya kotak makan besar berisi rebusan kepiting salju, hidangan khas Yeongdeok.
“Wah … Kepiting Salju …” Ucap Naeun antusias. “Eommoni, bukankah ini sudah musim semi, bagaimana bisa mendapat kepiting salju di musim semi?” Tanya Naeun penasaran.
“Meskipun salju sudah menghilang, bukan berarti kepiting salju juga ikut hilang. Ia akan tetap ada, hanya saja jumlah tangkapannya menjadi lebih sedikit karena bukan musim panen.” Ujar Ibu Hyejung sambil membuka beberapa kotak bekal berukuran kecil berisi banchan* yang terdiri dari kimchi, namul,* jorim,* jim,* dan jeon.*
Saat semuanya terpana akan hidangan yang dibawa oleh Ibu Hyejung, pandangan Sooyoung teralihkan pada selimut yang membalut tempat tidur. Ia pun menghampiri tempat tidur itu. Ditariknya selimut yang mengerubuni tempat tidur di hadapannya. “Dokter Kang!” Seru Sooyoung.
Minhyuk yang sedang tidurpun seketika terbangun. Ia tidak terkejut melihat Sooyoung, namun terkejut melihat staf medis departemen pediatri yang sedang berkumpul di meja sambil memandangi dirinya yang lusuh. Minhyuk segera bangkit dari kasur. Dilihatnya Ibu Hyejung yang ikut memandangnya. “Annyeonghaseyo, Eommoni.” Sapa Minhyuk sambil membungkukkan badan.
“Oh, Dokter Kang Minhyuk, ada apa denganmu? Apa kau sakit?” Tanya Ibu Hyejung cemas.
“Tidak, aku baik-baik saja.” Jawab Minhyuk.
“Kalau begitu kemari, kita makan siang bersama.”
Saat semuanya hendak memulai menyantap hidangan yang begitu menggoda, Hyejung mendapat telepon dari Profesor Choi Yeonseo, Ketua Departemen Pediatri.
“Yeoboseyo. Iya … Baik … Baik, akan saya laksanakan.” Hyejung menutup teleponnya.
“Ada apa?” Tanya Sooyoung.
“Profesor Choi memintaku mengambil file di ruangannya, dan segera mengirim file tersebut melalui surat elektronik sebelum pukul 2 siang ini.” Jawab Hyejung. “Aku akan ke ruangannya sebentar untuk mengambil file yang diminta dan mengirimkan file tersebut setelah makan siang.” Sambung Hyejung.
Hyejung pun meninggalkan doctor lounge dan menaiki lift menuju lantai dua, tempat berkumpulnya ruangan para ketua departemen. Entah kenapa direktur rumah sakit memisahkan letak ruangan ketua dari lokasi masing-masing departemen. Tak perlu menunggu lama, pintu lift terbuka. Ia berjalan menuju ruangan yang bertuliskan “Ketua Departemen Pediatri, Prof. Choi Yeonseo” pada papan nama di samping daun pintu. Ketika Hyejung hendak membuka laci meja kerja Prof. Choi, ia melihat sebuah amplop putih bertuliskan surat pengunduran diri tersimpan dengan rapi di atas meja kerja Prof. Choi. Hyejung membuka amplop putih itu, dan melihat nama yang mengajukan pengunduran diri, “Kang Minhyuk”.
⁂⁂⁂
Selagi para staf asik menyantap makan siang bersama, Ibu Hyejung masih menunggu putrinya kembali ke doctor lounge. “Aku permisi ke toilet sebentar.” Ucap ibu Hyejung pada para staf. Ia pun meninggalkan ruangan.
Selesai dari toilet, Ibu Hyejung kembali ke doctor lounge. Ditengah perjalanan, ia melihat seorang laki-laki berbadan tegap dan tinggi semampai sedang berdiri di depan meja administrasi departemen pediatri yang ditinggalkan para stafnya untuk makan siang bersama. Dihampirinya lelaki dengan setelan formal nan kaku itu. “Ada perlu apa?” Tanya Ibu Hyejung canggung. Terlihat laki-laki itu terkejut saat melihat seorang wanita paruh baya bertanya padanya. Laki-laki itu adalah Jisung.
“Astaga … mimpi apa aku semalam!” Gumam Ibu Hyejung sambil meletakkan kedua tangan di mulutnya. Ia terkejut begitu pria itu menoleh ke arahnya. “Bukankah kau … Jaksa Ahn Jisung?” Tanya Ibu Hyejung ragu.
Jisung pun membungkung untuk memberi hormat. “Saya Jaksa Ahn Jisung.”
“Ada apa kemari?” Tanya Ibu Hyejung dengan canggung.
“Oh, saya hendak bertemu Dokter Nam Hyejung.”
Ibu Hyejung lebih terkejut lagi ketika mendengar nama putrinya keluar dari mulut seorang jaksa yang dikenal seantero negeri. “Apakah Dokter Nam melakukan kejahatan?” Tanya Ibu Hyejung cemas.
“Oh, tidak, bukan begitu. Hanya ada perlu.” Jawab Jisung.
Tanpa berpikir panjang, Ibu Hyejung mengajak Jisung ke doctor lounge. Ia memberi tahu bahwa Hyejung akan ada di sana.
Semua staf departemen pediatri menghentikan aktivitas mereka dan secara otomatis berdiri. Mereka begitu terkejut melihat Ibu Hyejung membawa Jisung ke doctor lounge.
Ibu Hyejung mencoba menjelaskan apa yang terjadi. “Aku bertemu dengannya di depan meja administrasi. Dia tampak kebingungan karena tidak ada orang di sana. Makanya aku membawanya kemari.” Namun semua orang seperti terlihat cangung dengan kehadiran Jisung. Tanpa mempedulikan yang lain, Ibu Hyejung membawa Jisung ke meja makan dan mempersilahkan Jisung duduk tepat di sampingnya. Diraihnya mangkuk kecil dan mengisinya dengan seporsi nasi. “Aku yakin Jaksa Ahn belum makan siang.” Lalu Ibu Hyejung meletakkan semangkuk nasi di depan Jisung, dan memberi sendok serta sumpit. “Ini, kau harus makan agar tidak sakit.”
Jisung menerima makanan pemberian Ibu Hyejung, dan memakannya dengan penuh rasa canggung. Ia memang tidak pernah makan bersama orang lain selain keluarganya. Di kantor pun, ia terbiasa makan sendiri. Ini adalah kali pertama ia makan bersama orang lain. Perasaannya merasa sangat canggung, terlebih mereka adalah orang asing baginya.
Situasi di doctor lounge menjadi hening. Para staf hanya fokus menghabiskan makanannya. Tak berapa lama, Hyejung masuk ke ruangan. Ia terkejut saat melihat Jisung di ruangan.
“Oh, Jaksa Ahn, sedang apa disini?”
“Tadi aku bertemu dengannya di meja administrasi, katanya dia ingin bertemu denganmu. Jadi sekalian ku ajak makan siang bersama.” Ujar Ibu Hyejung, seolah membantu Jisung menjawab pertanyaan dari putrinya. “Kemarilah, kau belum makan.” Sambung Ibu Hyejung.
Hyejung berjalan mendekati ibunya. “Eomma, ini bukan tempat umum. Tidak boleh membawa sembarang orang masuk.”
“Eomma?” Tanya Jisung terkejut. “Ibu ini adalah ibu Dokter Nam?”
“Iya.” Jawab Hyejung.
“Maafkan aku, aku tidak menyapamu dengan baik.” Ucap Jisung pada ibu Hyejung.
“Tidak masalah. Lanjutkan makanmu.”
Hyejung pun duduk di kursi kosong tepat di seberang Jisung, dan mulai menyantap makanan yang ada di hadapannya.
Minhyuk memulai pembicaraannya dengan Hyejung. Meski ia merasa canggung akibat pertikaian yang terjadi di IGD, ia berusaha seolah tak terjadi apa-apa.
“Sunbae, bukankah kau tidak ada jadwal konsultasi hari ini?” Tanya Minhyuk.
“Ya, tapi ibuku bersikeras ingin memberi kalian makan siang. Jadi aku ke datang ke rumah sakit.”
Tiba-tiba Ibu Hyejung bertanya pada Jisung yang sedari tadi terdiam. “Jaksa Ahn, kalau boleh tahu, kenapa kau ingin bertemu Hyejung? Apa kau ingin bertemu putriku karena kau menyukainya?”
Mendengar pertanyan tak teduga dari ibu Hyejung, Jisung seketika tersedak oleh makanan yang sedang ia kunyah. Ia pun segera meraih segelas air yang berada di samping mangkuk nasi miliknya.
“Eomma, kenapa bertanya seperti itu!” Seru Hyejung pada ibunya dengan perasaan malu.
“Kenapa? Apa salahnya? Putriku ini juga wanita yang cantik.” Ujar ibu Hyejung pada anaknya itu.
“Eommoni, sepertinya putrimu ini akan melajang selamanya.” Sooyoung meledek.
“Sepertinya tidak. Baru-baru ini sunbae berkencan dengan Dokter Gong.” Celetuk Minhyuk.
“Dokter Gong? Dokter Gong yang tampan, lembut dan sangat berkarisma itu?” Tanya Naeun tak percaya.
“Iya, Dokter Bedah Ortopedi, Gong Kangin.” Minhyuk mempertegas.
“Kau … bagaimana kau …” Tanya Hyejung kaget.
“Seorang paparazzi mengirimkan fotomu ke ruang obrolan fans Dokter Nam Hyejung. Terlihat kau sedang makan bedua di salah satu restaurant mewah bersama Dokter Gong.”
“Apa ini? Ruang obrolan fans Dokter Nam Hyejung? Dokter Nam punya fans club?” Tanya Suster Moon Serin.
“Oops, sepertinya aku keceplosan.” Gumam Minhyuk.
Hyejung mencoba menenangkan suasana yang memanas. “Tidak, tidak, bukan begitu. Biar aku jelaskan. Pertama, aku tidak berkencan dengan siapapun, termasuk Dokter Gong. Kami hanya makan malam, itupun aku yang mentraktir sebagai balasan Dokter Gong sudah bersedia mengoperasi pasienku. Lalu yang kedua, aku tidak punya fans club atau apapun itu. Mengerti?”
“Apa putriku seterkenal itu?” Tanya Ibu Hyejung. “Lalu kenapa kau tak berkencan saja dengan Dokter Gong? Sepertinya dia pria yang baik.”
“Eomma, hentikan.”
“Lalu kapan kau akan mengencani seorang pria? Eomma juga ingin memiliki menantu.” Ujar Ibu Hyejung dengan ekspresi putus asa. “Apa mungkin, kau menyukai pria yang duduk di depanmu?” Tanya Ibu Hyejung usil.