Dear My Beloved Doctor

STOOPID NERD
Chapter #7

Detektif Kim

Senin, 9 April 2018. Pukul 08:00.

Gumpalan awan putih yang menyerupai kapas berubah menjadi abu, menutupi sinar mentari yang hendak menyapa hiruk pikuk Kota Daegu di pagi hari. Bagi sebagian orang, cuaca Kota Daegu pagi ini sedang tidak bersahabat. Dinginnya hembusan angin musim semi yang disertai guyuran air hujan membuat raga enggan beranjak dari tempat tidur. Seperti yang terjadi di kediaman Penyidik Baek.

Appa, cepat bangun. Waktunya aku berangkat sekolah …” Ucap seorang anak laki-laki yang berteriak dari meja makan.

Penyidik Baek membuka balutan selimut yang meghangatkan tubuhnya. Akhirnya ia memutuskan untuk beranjak dari kasur yang sedari tadi menahannya untuk bangun. Rambutnya berantakan, lingkar hitam di bawah matanya semakin terlihat jelas. Kaos singlet putih kekuningan yang dipadukan dengan celana training hijau tua yang nampak kusam menambah kesan lusuh ayah satu anak itu.

Yeobo,* kenapa kau terlihat begitu lesu? Apa kau sakit?” Tanya istri penyidik Baek sambil menyiapkan sarapan.

“Aku baik-baik saja.” Jawab Penyidik Baek lirih.

“Sepertinya kondisimu sedang tidak baik akhir-akhir ini. Bahkan waktu akhir pekan hanya kau habiskan untuk tidur.”

“Ya, aku memang sedang mendapat banyak tekanan.” Penyidik Baek mendengus. “Kau tahu, julukan anjing pemburu yang diberikan untuk Jaksa Ahn, sepertinya bukan sekedar julukan biasa. Dia tak hanya menjadi anjing pemburu bagi para penjahat, tapi juga anjing pemburu bagi orang-orang di sekitarnya.” Keluh Penyidik Baek.

“Bukankah awalnya kau sangat antusias akan menjadi tim Jaksa Ahn?”

“Ya, awalnya memang begitu.” Balas Penyidik Baek dengan wajah penuh rasa kecewa. “Kurasa sudah waktunya Jaksa Ahn mendapat julukan baru.” Sambungnya.

“Apa itu?” Tanya istri Penyidik Baek yang berusaha merespon keluhan suaminya itu.

Jeoseung Keomsa.*”

⁂⁂⁂

Pukul 09:30.

Jisung melepas coat yang ia kenakan dan menggantungnya di stand hanger. Hujan lebat yang mengguyur Kota Daegu pagi ini mampu membuat jaksa yang patuh aturan itu terlambat tiba di kantor. Seketika Jisung tersadar, Penyidiknya belum hadir di ruangan.

“Sekretaris Han, Kemana Penyidik Baek?” Tanya Jisung.

“Entahlah, dari tadi tidak ada kabar.” Balas Sekretaris Han.

“Tolong segera hubungi. Kita akan ke kantor polisi. ” Pinta Jisung.

“Baik.” Jawab Sekretaris Han. “Oh ya, Jaksa Ahn, sepertinya jadwal interogasi hari ini akan mundur, karena cuaca yang tak mendukung.” Timpal Sekretaris Han.

“Baiklah, tak masalah.” Ujar Jisung santai.

Baru saja Jisung duduk di kursinya, telepon kantornya berbunyi.

“Ya, dengan Jaksa Ahn Jisung.” Ucap Jisung yang mengangkat teleponnya.

“Divisi Kriminal Satu, semuanya ke ruanganku sekarang.” Ujar laki-laki dari seberang telepon. Siapa lagi kalau bukan Kepala Divisi, Jaksa Jang Minseok. Ia menelepon melalui interkom yang langsung tersambung ke seluruh anggota divisinya.

Tanpa bertanya, Jisung pun menuruti perintah Kepala Divisi Jang dan langsung meninggalkan ruangannya. Dilihatnya anggota Divisi Kriminal Satu keluar dari ruangan masing-masing dan berjalan menuju ruangan Kepala Divisi.

“Kepala Divisi Jang, ada apa? Bukankah kau bilang jadwal rapat mingguan adalah hari Rabu?” Tanya Jaksa Kim Boah sesaat setelah memasuki ruangan Kepala Divisi.

“Khusus untuk minggu ini, kita majukan jadi hari Senin.” Balas Kepala Divisi. “Silahkan duduk.” Sambungnya.

“Bagaimana ini? Aku tak membawa laporanku.” Sahut Jaksa Kang Junghoon.

“Tak masalah, aku hanya ingin memastikan beberapa hal.” Ucap Kepala Divisi.

Masing-masing anggota divisi duduk sesuai urutan senioritas. Jaksa Moon Youngkwang, selaku jaksa paling senior diantara anggota Divisi Kriminal Satu, duduk di samping kanan Kepala Divisi, dan didampingi Jaksa Kim Boah yang duduk di sebelahnya. Jisung duduk di samping kiri Kepala Divisi, dan Jaksa Kang Junghoon di sampingnya.

Kepala Divisi Jang menyodorkan sebuntal berkas ke meja. “Jaksa Ahn, bisa tolong jelaskan ini?” Perintahnya pada Jisung.

Jisung membaca sekilas berkas yang disodorkan atasannya itu.

“Kenapa kau mengajukan penambahan waktu penyelidikan? Bukankah tersangka sudah mengakui perbuatannya?” Tanya Kepala Divisi Jang yang tak mengerti akan maksud bawahannya itu.

Mendengar pernyataan Kepala Divisi, para anggota seketika terbelalak.

Jaksa Kim berbisik pada Jaksa Moon. “Apa lagi yang ia perbuat kali ini?”

Jaksa Moon mengangkat dan menurunkan bahunya dengan cepat, menandakan ia tak tahu.

“Tersangka memang sudah mengakui perbuatannya. Namun kurasa ada yang janggal dalam kasus ini.” Ucap Jisung.

“Apa maksudmu?” Tanya Kepala Divisi Jang tak mengerti.

“Kurasa Choi Miso bukanlah pelaku sebenarnya.” Balas Jisung.

“Apa? Ada pelaku yang lain?” Tanya Jaksa Kim terkejut.

“Ya. Selama interogasi, pernyataan Kang Jihye, selaku saksi dan juga ibu korban tidak konsisten. Selain itu, dilihat dari gelagatnya selama interogasi, Choi Miso seperti ketakutan, seolah ia sedang diancam.” Jisung menjelaskan.

“Diancam? Apa kau yakin?” Tanya Kepala Divisi Jang ragu.

“Itu memang masih kecurigaanku. Oleh karena itu, aku meminta perpanjangan waktu penyelidikan, agar kasus ini tidak menjadi bias dan salah mendakwa pelaku.” Jisung menegaskan niatnya.

“Baiklah, selagi menunggu permohonanmu disetujui pengadilan, segera lakukan penyelidikan lanjutan.” Perintah Kepala Divisi Jang pada Jisung.

“Baik.” Balas Jisung singkat.

“Untuk yang lain, jika hal serupa terjadi pada kalian, laporkan dulu padaku.” Ucap Kepala Divisi Jang pada anggota yang lain.

“Baik, Pak.” Balas anggota tim bersamaan.

“Satu hal lagi.” Ucap Kepala Divisi Jang tiba-tiba. Lalu ia menyodorkan berkas baru. “Ini kasus yang baru saja aku terima pagi ini.”

Jaksa Moon meraih berkas itu. “Keterlambatan pembayaran upah oleh Daeji Apparel? Industri garmen terbesar di Korea?”

“Bukankah seharusnya kasus ini ditangani oleh Departemen Keamanan Publik?” Tanya Jisung.

“Ya, Kepala Cabang menyerahkan berkas ini. Ia secara pribadi meminta Divisi Kriminal Satu untuk menyelesaikan kasus ini dengan jalan damai.”

“Apakah tidak akan menjadi masalah jika Departemen Keamanan Publik mengetahui hal ini?” Tanya Jaksa Kim.

“Kepala Cabang akan mengurusnya.” Balas Kepala Divisi Jang dengan tenang.

Jaksa Moon membaca sekilas isi laporan itu. “Tetapi Pak, disini tertera hampir semua pengawai mengajukan gugatan. Kurasa akan sulit untuk menempuh jalan damai.” Ujar Jaksa Moon pesimis.

“Alasan Kepala Cabang menyerahkan kasus ini ke divisi kita adalah Jaksa Ahn. Ia ingin Jaksa Ahn menangani kasus ini. Awalnya aku menyetujuinya, karena ku dengar tersangka kasus Cha Bora sudah mengakui perbuatannya, dan hal itu akan mempermudah proses persidangan. Tapi ternyata Jaksa Ahn mengajukan penyelidikan lanjutan.” Ujar Kepala Divisi Jang. “Apa kau sangup jika harus mengerjakan kasus ini juga, Jaksa Ahn?” Sambungnya saat mengarahkan pandangannya pada Jisung.

“Baiklah, akan ku terima kasus ini. Aku akan segera memprosesnya setelah kasus Cha Bora selesai.” Balas Jisung dengan percaya diri.

“Kalau begitu, selesaikan kasus Cha Bora secepat mungkin. Ingat, Daeji Apparel adalah salah satu penyumbang devisa negara terbesar di bidang fashion. Kau harus berhati-hati, industri fashion negara kita sedang berkembang pesat.” Kepala Divisi Jang memperingatkan Jisung.

⁂⁂⁂

Penyidik Baek tiba di ruangan dengan wajah yang lesu, ditambah jaket coat-nya yang basah akibat terkena cipratan air hujan, menambah kesan seolah tak memiliki semangat hidup.

“Penyidik Baek, kenapa kau datang terlambat?” Tanya Sekretaris Han. “Apa kau sakit?” Timpalnya saat melihat kondisi Penyidik Baek yang lusuh.

“Aku baik-baik saja. Hanya terlambat bangun.” Balas Penyidik Baek. “Dimana Jaksa Ahn?”

“Anggota Divisi Kriminal Satu sedang menghadap Kepala Divisi. Sepertinya ada sesuatu yang serius.” Balas Sekretaris Han. “Oh iya, Jaksa Ahn mengatakan hari ini kau akan menemaninya ke kantor polisi.” Sambung Sekretaris Han.

“Baiklah.” Ujar Penyidik Baek sambil melepas coat-nya. Ia mengusap wajahnya berkali-kali agar tak nampak lesu.

“Penyidik Baek.” Ucap Jisung yang baru saja masuk ke ruangan, tak lama setelah Penyidik Baek datang. “Apa kau baik-baik saja? Kau terlihat seperti sedang tidak sehat.” Sambungnya.

“Tidak apa-apa, Jaksa Ahn. Saya hanya terlambat bangun tadi pagi.” Tepis Penyidik Baek.

“Kalau begitu kita berangkat ke kantor polisi sekarang. Kita harus memeriksa kasus Cha Bora.” Ujar Jisung.

“Baik, Jaksa Ahn.”

“Sekretaris Han, ini …” Ucap Jisung sambil menyerahkan berkas yang ia bawa. “Kepala Cabang secara pribadi meminta Divisi Kriminal Satu menyelesaikan kasus ini dengan jalan damai. Kita akan memprosesnya setelah kasus Cha Bora selesai.” Sambung Jisung.

Sekretaris Han membuka isi berkas yang ia terima. Seketika matanya membelalak. “Ini … Daeji Apparel? Daebak!” Ucapnya.

⁂⁂⁂

Seragam berwarna hijau kebiruan, lengkap dengan lencana Taegeuk* dan papan nama di dada, membalut rapi para petugas yang hilir mudik di sebuah gedung bertuliskan Kantor Polisi Kota Metropolitan Daegu. Jisung dan Penyidik Baek berjalan lurus ke dalam gedung, menuju sebuah ruangan di mana para detektif berada.

Seorang pria mengenakan pakaian kasual dengan nametag yang mengantung di lehernya menyambut kedatangan Jisung dan Penyidik Baek. “Annyeonghaseyo. Saya Detektif Min Yeonwoo.” Ucap Lelaki itu.

“Saya Ahn Jisung, dari Kejaksaan Cabang Daegu.” Balas Jisung sambil menunjukkan nametag untuk memverifikasi identitasnya.

“Ya, kami mengenalmu. Kau yang sering muncul di televisi.” Ucap Detektif Min malu-malu. “Ada yang bisa dibantu?” Tanya Detektif Min.

“Aku ingin bertemu dengan detektif yang menangani kasus penganiayaan Cha Bora. Laporannya masuk sejak 8 Januari 2018 lalu.”

Detektif Min mengarahkan pandangannya ke sebuah meja kubikel yang dipenuhi tumpukan berkas dengan kondisi layar komputer yang mati. “Detektif Kim sedang tidak ada di tempat. Akan saya panggilkan. Mohon tunggu sebentar.” Pinta Detektif Min sambil mempersilahkan Jisung dan Penyidik Baek duduk di kursi tunggu yang tersedia di ruangan itu.

Lihat selengkapnya