Dear Oma

Lyra
Chapter #19

Chapter 13 : Bagian 2, Jungkat-jungkit

Layaknya sebuah perputaran hidup, ada saatnya naik, ada pula saatnya turun. Kini, mereka lama kelamaan menghadapi naik turunnya situasi selama merawat Oma.

.

Saat itu, untuk kepertama kalinya, mereka mengalami kejadian akan Oma yang seolah 'mogok bicara', mereka tidak tahu pasti apa penyebabnya, namun yang jelas, panggilan mereka hanya dibalas anggukan kecil dari Oma, maupun gelengan kecil.

"Ma, Mama kenapa? Kita ke rumah sakit aja ya sekarang?"

Oma menggeleng,

"Mama enggak bisa ngomong?"

Oma menggeleng juga,

"Mama batuk?"

Oma mengangguk,

"Karena batuk kayaknya ya?"

Oma mengangguk,

"Mama males ngomong karena batuk?"

Oma mengangguk,

Kemudian esok harinya, Oma akan kembali seperti biasanya, ia akan mulai bicara, atau mengomel kecil, atau menggerakkan tangannya. Mereka akhirnya menganggap akan 'fase' Oma yang seperti ini disebabkan oleh batuk yang sering ia alami.

Perlahan, Oma mengalami kondisi kesehatan yang naik dan turun, terkadang kondisinya akan bagus, terkadang akan menurun. Entah itu karena kekakuan tubuhnya, atau dahak yang datang karena seringnya ia berbaring. Setiap minggunya, Oma akan melakukan kontrol dengan beberapa dokter, dokter jantung, internist, dokter paru hingga dokter spesialis saraf. Terkadang, obat akan di tambah, dan kadang pula, obat akan dikurangi. Al tidak dapat menghitung, sudah berapa jenis obat yang diberikan pada Oma.

Hari itu, mereka akan pergi ke rumah sakit jantung untuk melakukan kontrol dengan dokter jantung. Al kali ini telah belajar untuk mengangkat tubuh Oma, dan memindahkannya ke mobil, sejak Marum terkilir tangannya, ia berganti peran dengan Al dalam hal ini. Turun dari mobil, Al mengangkat Oma dan memindahkannya ke kursi roda dengan bantuan Om Bima, mendorong kursi roda itu masuk ke dalam rumah sakit. Al akan menunggu bersama Oma, dan Marum, sementara Mawa akan mengurus segala pendaftaran, pengambilan nomor, dan lain-lain, ia adalah ahlinya dalam hal ini, sering kali Al takjub akan cepat tanggap dan kecepatan berpikirnya, sekaligus keahliannya dalam mencarikan solusi.

Berjalan menuju ruang pemeriksaan tensi dan EKG jantung, tidak lama setelah diperiksa oleh suster, tetiba Oma mengeluh, "Pengen pup nih!"

"Pup aja Ma!" Ucap Mawa.

"Ya ba'a! Ketahan inyo!'

Mawa memutar otak, ia menoleh ke arah suster, " Sus, ada nggak ya ruangan yang bisa dipake? Soalnya ibu saya udah harus ganti pampers sus, nggak tahan lagi dia."

"Oh, ada kok Bu," Suster itu memberikan isyarat untuk mengikutinya, "Silahkan Bu, disini lagi kosong ruangannya."

Al segera mengeluarkan segala peralatan yang telah ia bawa, gayung, kapas, tissu, sabun, salep, dan lain-lainnya, ia menaruhnya di atas meja kosong yang ada disitu.

"Al, panggil Marum dulu deh, Marum pasti mau ikut ganti pampers Oma."

Al bergegas memanggil Marum, mengajaknya untuk masuk ke dalam ruangan.

"Capeklah! Alah mau kalua iko!" Seru Oma.

Al dan Marum membuka baut di kursi roda secara bersamaan, dipegangi oleh Mawa. Mereka menurunkan senderan kursi roda dan merubahnya menjadi rebah, Oma kini telah berbaring, memudahkan mereka untuk mengganti pampersnya dengan lebih mudah.

"Mama, Adek bersihin ya Ma. Sini Al, minta sabunnya." Ucap Marum.

Al menggeser sabun dan gayung, ia membalikkan badan Oma, dan menahannya.

"Onde Ma, alah bocor kama-kama." Ujar Marum.

"Wah Ma! Banyak bener nih!" Sahut Mawa.

Marum membersihkan Oma dengan tangannya sendiri, tidak sebersitpun ia merasa jijik maupun enggan. Setelah menyabuninya, ia bergantian dengan Mawa, yang akan membilasnya hingga bersih.

"Mama, Kakak bersihin ya Mama, Kakak Adek cebokin Mama ya."

"Hmm-mm." Oma mengangguk, "Ei sakit lah!'

"Iya, iya maaf ya Mama, ini ada ambeien Mama, harus dikasih salep dulu ya Ma."

Mawa menoleh ke arah Al, "Yuk Al, kamu yang kuat, angkat Oma dulu yuk, di naikin ke atas badannya biar nyaman Omanya."

Al mengangguk, bersama-sama, mereka mengangkat tubuh Oma yang merosot, agar ia nyaman duduk di kursi roda.

.

Disaat Oma sedang dalam keadaan yang baik, mereka akan membawanya berjalan-jalan, untuk menghilangkan kebosanan dan kejenuhan di benaknya. Terkadang ke Mall, atau sekadar berjalan-jalan di mobil tanpa arah yang jelas, atau sering kali pergi ke rumah Mamirna. Biasanya, Oma akan dibaringkan di rumah almarhum ibu Pakdhe Irad, dikarenakan kamarnya yang lebih memungkinkan bagi Oma untuk beristirahat.

  Hari itu, Oma sedang dalam keadaan yang tidak begitu baik, ia sedang batuk, dan apa artinya bila ia batuk? Maka ia akan mengalami sesak karena dahaknya, saturasinya turun naik, dahaknya sulit untuk keluar, ia akan mogok bicara karena menahan dahak yang penuh di mulutnya. Dan kasus parahnya, ia akan muntah dikarenakan dahak yang begitu banyak dan mendorong keluar.

  Belum lagi dekubitus di bagian bokong Oma, yang sering kali melepuh dikarenakan Oma yang selalu berbaring. Hal ini selalu berusaha dicegah dengan membalikkan badan Oma ke samping kanan, maupun ke kiri. Terutama pula dikarenakan ambeien yang tampaknya juga tidak melupakan dirinya untuk hadir dan menambah penderitaan Oma.

  Perlahan akan menyembuh, di lain waktu akan turun lagi kesehatannya, itu yang kerap terjadi pada Oma. Namun, Oma jarang mengeluh, ia hanya mengeluh jika sudah tak tertahankan lagi baginya. Ia tidak pernah mau membuat orang-orang khawatir, bahkan di kala ia sedang kesakitan, ia akan menggeleng saat menjawab pertanyaan mereka ; ‘Sakit Ma?’

.

Batuk Oma malam itu tidak henti-hentinya terdengar, dahaknya dalam sekali, mereka beberapa kali berusaha mengeluarkannya, namun tampaknya terlalu sulit bagi Oma, ia muntah beberapa kali, memuntahkan dahak yang seolah berlari-lari tanpa jalan keluar itu.  Oma kesulitan bicara, malam itu, situasinya semakin parah, saturasinya turun hingga 90, Oma tidak dapat menjawab panggilan maupun pertanyaan mereka, ia hanya terdiam. Tante Sharon hadir saat itu untuk membantu mereka, mengganti baju Oma yang terkena muntahan beberapa kali, mengganti pampers Oma yang sudah penuh dan sulit untuk menggantinya, mereka mengalami kesulitan dalam mengganti pampers Oma, sekalinya mereka membaringkan Oma, dahak akan memenuhi rongga pernapasannya, saturasinya akan semakin menurun, bahkan selang oksigen yang menempel di hidungnya tidak begitu membantu.

Seorang suster baru dipesan untuk membantu mereka malam itu. Setelah beberapa lama, ia akhirnya datang, sosok itu tampak masih muda, ia tidak banyak bicara, hanya mengiyakan apa yang mereka minta, pembawaannya terlihat cukup tenang. Rika namanya, ia menolong mereka yang kala itu dalam keadaan yang cukup panik, dan seolah memberi kepercayaan baru pada mereka.

Lihat selengkapnya