Tok tok tok!
Bunyi ketukan pintu tiba-tiba memecah lamunan gue. Gue segera mem-pause YouTube, lalu membuka pintu kamar. Dari balik pintu gue lihat Bokap senyum-senyum ganjil. Aneh, firasat gue langsung nggak enak.
“Vin, Papa bikin kue pukis, nih. Papa coba terapin dari buku resep. Cobain, deh,” kata Bokap sambil menyodorkan sepiring kue yang bentuknya lebih mirip timbunan makanan yang habis dicakar-cakar kucing.
Dengan ragu gue coba ambil satu–atau sepotong, atau secuil, atau entahlah—soalnya bentuk kue itu sangat nggak jelas, kemudian mengunyahnya.
Kunyahan pertama terasa manis. Kunyahan kedua ada yang sedikit aneh, seperti rasa pahit-pedas mint, dan kunyahan ketiga ....
“Gimana, Vin? Enak, nggak? Enak, kan?” tanya Bokap dengan mata nanar.
Ditodong dengan tatapan yang seolah berkata, Bilang enak atau Papa ngambek seminggu, gue jadi serbasalah mau jawab apa. Jujur, rasa kue itu sebetulnya seperti kombinasi antara pahit karet ban motor dan lepehan rumput.
“Hmmmpppfff .... Enyakkk ...,” sahut gue sambil mengunyah kue yang jika diberikan kepada satu peleton tentara, bisa membuat mereka seketika terserang gagal jantung. Jamuan kue macam ini seharusnya lebih cocok disuguhkan kepada sekelompok geng motor atau para preman Tanah Abang supaya mereka musnah dan nggak bikin kekacauan di sana sini.
“Enak? Kamu suka? Ya sudah, kalau gitu ini semua buat kamu,” sahut Bokap semringah sambil mendorong sepiring besar kue pukis itu ke dada gue.
“Enggak usah, Pa. Buat keluarga aja. Atau buat tamu. Aku udah cukup, kok,” kilah gue.
“Enggak apa-apa. Papa udah bikin banyak, kok, buat keluarga. Ini buat kamu,” jawab Bokap, lalu ngeloyor pergi, meninggalkan gue dengan sepiring rasa horor.
Bokap memang ajaib, dan keajaibannya ini sudah merambah ke berbagai aspek. Salah satu contohnya adalah ketika gue nonton “Spongebob Squarepants”. Gue suka banget kartun itu, setiap pagi dan sore gue selalu menontonnya. Suatu hari saat gue lagi nonton, Bokap tiba-tiba datang dan duduk di sebelah gue sambil sarapan. Entah kesambet kuntilanak mana, tiba-tiba saja Bokap bilang, “Vin, Papa tahu kenapa Squidward nggak pakai celana.”