Alvin menatap pantulan dirinya dengan seksama. Sesekali ia memiringkan badan untuk memastikan bahwa tidak ada yang salah dengan penampilannya hari ini. Rambut cepak yang rapi, dagu yang licin sehabis bercukur, semuanya tampak sempurna. Kaos berkerah warna krem dipadu dengan celana jeans gelap, membuatnya semakin percaya diri.
“Sepertinya udah oke,” katanya sembari menatap bayangannya di cermin.
Jarum arlojinya menunjukkan jam sepuluh tepat. “Ah, ternyata aku terlalu bersemangat!" Ia bergumam sambil berbalik dari cermin.
Alvin berjalan menuju meja lalu meraih ponsel yang tergeletak disana. Jarinya bergerak lincah membuka aplikasi pesan singkat di perangkat teknologi itu. Bibirnya menyunggingkan senyum saat membaca nama yang tertera paling atas di antara ratusan nama dan grup chatting miliknya.
Dia membuka nama itu dan membaca pesan terakhirnya. “Baiklah! Ayo kita ketemu hari Sabtu besok pukul 12 siang di Bonjour café.”
Tak lama setelah membaca pesan itu, Alvin bangkit berdiri. Dia menyapukan pandangan ke seluruh kamar dan berhenti di sudut kamar dekat jendela. Di sana ada sebuah lemari coklat dengan cermin di salah satu pintunya, tempat dia memeriksa penampilannya tadi.
“Astaga! Berantakan sekali!” gerutunya melihat isi lemarinya. Pakaian yang biasanya selalu tertata rapi, sekarang berantakan. Beberapa baju mencuat di sela-sela tumpukan yang lain. Beberapa lagi dalam kondisi tidak terlipat karena dimasukkan begitu saja. Bahkan ada beberapa yang terjatuh tanpa disadarinya. Kondisi yang sangat parah untuk seorang Alvin yang begitu memperhatikan kerapian.
“Kenapa aku jadi kayak anak remaja yang baru pertama kali pacaran sih….” Alvin menggeleng-gelengkan kepalanya.
Memang tidak biasanya Alvin bersikap seperti ini. Urusan kencan atau pacaran itu bukan hal baru baginya. Waktu SMA Alvin sempat berpacaran dua kali. Saat kuliah ini, juga pernah sekali. Dan semuanya tidak ada yang bisa membuatnya bersikap seperti sekarang ini.
Selama ini Alvin berpacaran karena dia memang menyukai gadis-gadis itu, tetapi tidak sampai membuat jantungnya berdebar-debar. Alvin yang sekarang benar-benar mempersiapkan semuanya dari penampilan sampai topik pembicaraan untuk memberi kesan pertama yang sempurna.
Alasan pertama, karena dia sudah mengenal mereka di dunia nyata. Sedangkan yang akan ditemuinya hari ini adalah seseorang yang ia kenal dari dunia maya. Alvin tahu bahwa kesan yang didapat dari dunia maya bisa jauh berbeda dengan kenyataan. Itu yang membuat Alvin gugup.
Banyak sekali cerita yang dia dengar dari teman-teman atau kenalannya tentang hal ini. Sebagian dari mereka tidak sesuai dengan harapan atau harapan mereka yang terlalu tinggi. Dan seperti yang Alvin tahu, hubungan mereka kandas dengan cepat.
Alasan kedua, ini adalah hubungannya yang pertama sejak tiga tahun menjomblo. Di semester pertama kuliah Alvin berpacaran dengan salah satu teman kampusnya. Hubungan itu tidak bertahan lama setelah dia memergokinya dengan laki-laki lain.
Tidak butuh waktu lama bagi Alvin untuk move on dari mantan terakhirnya. Hanya saja dia tidak berminat mencari penggantinya cepat-cepat. Alvin menikmati kesendiriannya sampai saat ini, ketika dia sudah menjadi mahasiswa tingkat akhir. Bahkan ketika teman-teman mengoloknya karena masih jomblo, Alvin tetap tak peduli. Dia memilih untuk fokus pada tugas-tugas kuliah dan hobinya.
Malvino Nathanael atau yang biasa dipanggil Alvin merupakan seorang mahasiswa tingkat akhir jurusan Teknik Industri di daerah Surabaya Selatan. Dengan wajah yang lumayan dan postur badan yang bagus, dia cukup dikenal di angkatannya. Sifatnya yang ramah dan menyukai kerapian membuatnya jadi idola di kalangan cewek-cewek. Beberapa kali Alvin ditembak oleh kakak atau adik tingkatnya, tapi semuanya ditolak.
“Kenapa sih semua cewek lo tolak semua? Padahal mereka lumayan cantik lho,” tanya Leo ketika untuk kesekian kalinya Alvin menolak.
“Entahlah, gue juga nggak tahu. Gue nggak minat sama sekali dengan cewek-cewek itu,” jawab Alvin santai.
“Kelamaan jomblo malah nggak laku-laku lo!” ejek Leo.
“Ah biarin aja! Ntar kalau udah jodoh ya nggak bakal kemana,” timpal Alvin sambil terkekeh. “Atau mungkin jodoh gue masih dijagain orang lain.”
Jadi, ini pertama kalinya Alvin akan pergi berkencan, setelah tiga tahun lebih menyandang status single. Dan dia ingin memberi kesan yang sempurna di pertemuan pertamanya ini.