Beberapa hari ini Alvin sibuk bolak-balik ke kampus untuk menemui dosen pembimbingnya. Ada banyak revisi yang harus dia kerjakan.
“Duh ini gara-gara kebanyakan ngomik jadi skripsinya kacau deh!” Alvin menggerutu setelah keluar dari ruang dosen.
Saat berbalik hendak pulang, Alvin berhenti di depan papan pengumuman. Matanya menelusuri berbagai macam poster dan brosur di sana termasuk kompetisi yang sedang ia ikuti.
Pandangan Alvin berhenti pada pengumuman jadwal wisuda di bulan September. Batas waktu pendaftaran wisuda bulan Agustus. Jika Alvin ingin mengikuti wisuda tahun ini, dia harus segera menyelesaikan skripsinya.
Alvin mengeryitkan dahinya. Bibirnya komat kamit menghitung sesuatu di benaknya. Dia harus mengatur ulang prioritasnya.
Deadline kompetisi jatuh di bulan Mei bersamaan dengan jadwal sidang skripsi dari dosen pembimbingnya. Ia masih mempunyai tanggungan webtoon lainnya, juga permintaan desain yang belum selesai.
Tak lama Alvin menghela napas panjang, tanda dia sudah mengambil keputusan. “Sepertinya ada yang harus direlakan kalau ingin sesuai jadwal.”
Dengan berat hati Alvin memutuskan untuk melepas webtoon di aplikasi hijau. Skripsi tetap yang utama, tapi masih bisa mencicil sedikit demi sedikit webtoon untuk kompetisi. Orderan desain harus diselesaikan minggu depan, dan tidak menerima order lagi sampai semuanya selesai.
“Skripsi udah masuk bab isi sih, harusnya bisalah kalo kayak gitu,” kata Alvin pada dirinya sendiri.
“Ke perpus dulu deh, cari referensi,” lanjutnya. Alvin melangkah menuju perpustakaan yang terletak di dekat parkiran motor.
Di perjalanan beberapa kali Alvin bertemu dengan teman-teman seangkatannya. Semuanya sedang berjuang mengerjakan skripsi, beberapa diantaranya masih mengambil satu atau dua mata kuliah yang mengulang.
Bersyukur di semester ini Alvin sudah menyelesaikan semua mata kuliah dengan baik, tanpa ada nilai yang mengecewakan. Jadi Tugas Akhir ini satu-satunya yang harus ia kerjakan.
“Hoi, Vin! Alvin!” Sebuah seruan dari belakang membuatnya menoleh. Leo sedang melambaikan tangan ke arahnya, juga Lena di sampingnya.
Alvin berhenti melihat Leo dan Lena berlari menghampirinya.
Lena adalah pacar Leo sejak mereka SMA dan masuk universitas yang sama. Lena yang mengambil jurusan Farmasi mengenal Alvin dari Leo.
“Mau kemana lo?” tanya Leo begitu sampai di hadapan Alvin.
“Halo, Vin,” sapa Lena dari samping Leo.
“Oh halo, Len,” balas Alvin. “Mau ke perpus,” lanjut Alvin menjawab pertanyaan Leo.
“Revisi lagi?” tanya Leo sambil menunjuk map yang dibawa Alvin.
“Iya. Gue mau cari referensi lain, ada yang kurang tadi,” jawab Alvin.
“Oh, ya! Tadi gue ketemu Maya. Katanya dia ngeliat lo di ruang dosen, tapi mau nyapa nggak berani,” terang Leo. Maya adalah mantan Alvin di semester satu dulu. Seorang mahasiswi Psikologi dengan paras yang cantik.
Ketika Alvin masih berpacaran dengannya, teman-temannya memberi julukan Couple Goals karena keduanya memiliki paras yang lumayan. Sayangnya kecantikan Maya tidak sebanding dengan sikapnya. Maya suka berganti-ganti pasangan jika sudah bosan. Atau malah mendua, dan Alvin jadi korbannya.
Alvin mendengus. “Biarin aja,” katanya enggan.
“Tapi kayaknya dia ngerasa bersalah banget tuh,” sahut Leo. “Lagak-lagaknya pingin balikan sama lo.”
“Eh, tapi kelamaan tahu minta balikan setelah tiga tahun putus!” sungut Lena. “Kalo gue mah ogah balikan sama cewek model begitu!”
“Nah iya ya,” ujar Leo menyadari ucapannya.