Dear Random

Lirin Kartini
Chapter #6

BAB 6

Alvin berdiri mematung di halte bis Teknik. Matanya mengikuti bis yang perlahan melaju lalu berbelok di seberang jalan. Tak lama bis itu menghilang dari pandangannya.

Entah mengapa Alvin merasa hatinya juga ikut pergi bersama bis itu. Sekelebat bayangan pertemuannya tadi menari-nari dalam pikirannya.

“Hei, Bro!” Suara Leo segera membuat Alvin kembali tersadar bahwa dia masih berdiri di halte. Alvin bergerak kikuk. 

“Bengong aja,” tegur Leo kemudian. Dia menyadari sesuatu yang aneh pada sahabatnya. 

“Hahaha, sori! Yuk jalan!” ajak Alvin. 

Dalam perjalanan ke tempat parkir motor, Leo menegur Alvin lagi yang sempat melamun. “Lo naksir dia ya?” tebaknya langsung. 

Jantung Alvin serasa berhenti mendadak. Ucapan Leo tepat mengenai hatinya. Lalu sudah menjadi kebiasaan Alvin untuk menggaruk-garuk kepalanya bila sedang gelisah. 

“Ehm… dia cantik sih,” jawab Alvin ragu-ragu masih belum yakin dengan perasaannya. “Dia juga baik.”  

“Yah siapapun yang ngeliat pasti bakal bilang dia cantik. Udah kelihatan banget kan?” ujar Leo. “Bodinya juga oke. Pas sama lo.” 

Alvin tertawa. 

“Bener lo naksir dia?” Leo bertanya lagi. “Love at first sight? Kayak di film-film gitu? Karena kejadian tadi pagi?” 

“Kelihatan ya?” Alvin balik bertanya. 

Leo tertawa keras sampai beberapa orang di sekitar mereka menoleh. “Kelihatan banget b*go!” Tangan Leo memukul bahu Alvin keras hingga Alvin terhuyung karena tidak siap. 

“Nggak usah lebay lo!” Alvin balas memukul Leo yang masih tertawa terpingkal-pingkal. Untung saja roti yang dimakannya tadi sudah habis. Jika tidak Leo bisa tersedak roti akibat menertawakan sahabatnya sendiri. 

“Sori sori, sekarang gue serius,” kata Leo setelah meredakan tawanya. “Kelihatan banget kalau lo naksir dia. Dan kayaknya dia juga naksir lo.” 

“Ngaco!” tepis Alvin. Rasanya tak mungkin gadis itu juga menyukainya. Maya itu sangat cantik. Tak mungkin jika dia masih belum mempunyai pasangan. 

“Ngaco gimana?” sanggah Leo. “Lo lihat aja dia sampai belain ke halte sini, buat apa coba? Alesan dia aja tadi bilang cuma jalan-jalan.” 

“Iya juga ya.” Alvin membenarkan ucapan Leo. Sedari tadi memang ini yang mengusik pikirannya, tapi ia tak mau gegabah. Alvin masih harus memastikan kebenarannya. Dia perlu waktu untuk mengenal gadis itu sebelum memutuskan. 

“Sayang gue udah punya Lena, kalau nggak kugebet juga dia,” celetuk Leo yang langsung meringis kesakitan. 

Leo mengusap bahunya yang terasa sakit. Ada seseorang memukul bahunya dengan buku. Dan orang itu adalah Lena, pacar Leo sendiri. Rupanya Lena mengikuti mereka diam-diam dan mendengar semua percakapan mereka. 

“Kalau nggak ada gue kenapa?” tanya Lena penuh selidik. Sorot matanya seolah mengancam Leo yang tiba-tiba saja menjadi seperti anak kucing yang tak berdaya. 

Alvin tertawa mengejek. “Rasain!” 

“Kalian lagi ngomongin siapa?” tanya Lena setelah puas membuat Leo diam tak berkutik disamping Lena. Namun sesekali dia melemparkan senyum nakal pada Alvin. Alvin sudah memaklumi tipe hubungan Leo dan Lena yang seperti ini. 

“Alvin lagi naksir cewek!” jawab Leo cepat. Lena langsung melotot padanya. 

“Siapa?” tanya Lena. 

“Maya, anak Psikologi,” jawab Leo lagi. 

Lena mendelik pada Leo. “Gue nanya ke Alvin, kenapa lo yang jawab? Lo sekarang jadi jubirnya Alvin?” tanya Lena galak. “Emang dia nggak bisa ngomong?” 

 “Duh jangan galak-galak dong, Sayang….” Leo merajuk pada Lena. “Ntar cepat tua lho!” 

Spontan Lena menjewer telinga Leo dengan gemas. “Vin, tolongin gue dong! Lena KDRT nih!” pinta Leo memelas. 

“Ogah! Salah sendiri!” Alvin tertawa mengejek. 

Lihat selengkapnya