Hari ini sepertinya hari keberuntungan bagi Maya. Setahun terakhir ini dia mencari informasi tentang seseorang yang pernah mengisi hari-harinya. Dan hari ini dia melihatnya ada di ruang dosen Fakultas Teknik.
Saat itu Maya sedang menunggu temannya di ruang T.U, begitu bayangan seseorang yang dikenalnya melintas.
Maya ingin segera menyapanya, tapi urung begitu mengingat hal-hal yang membuat mereka jadi seperti sekarang ini. Ia hanya bisa memandangnya dari balik tangga. Maya berharap bisa bertemu lagi dan menjelaskan segala sesuatunya dengan benar.
“Yuk, May, balik!” Teguran temannya membuat Maya terkejut.
“Oh-eh, kamu udah selesai?” tanyanya.
“Iya, udah,” jawab temannya. “Mau langsung balik atau gimana nih?” Temannya bertanya lagi ketika melihat raut wajah Maya yang bimbang.
“Ehm, Vir, kayaknya aku nggak langsung balik deh,” jawab Maya setelah berpikir sebentar. “Aku masih ada urusan.”
“Oh, oke, kalau gitu aku duluan.” Virga menjawab Maya lalu pergi meninggalkan ruang T.U.
Maya melambaikan tangan pada Virga dan pandangannya kembali ke pintu ruang dosen yang masih tertutup.
“Kayaknya dia masih belum selesai,” pikirnya. Maya menunggu sebentar sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi ke perpustakaan.
“Ini coba-coba sih, siapa tahu ada kesempatan ketemu di sana,” ujarnya lalu melangkah dengan mantap ke perpustakaan.
Perpustakaan mempunyai tempat tersendiri di hati Maya. Pertemuannya yang tidak di sengaja dan juga awal hubungan mereka, semua berawal dari perpustakaan. Dia berharap bisa memulai awal yang baik sekali lagi di tempat itu.
Baru saja Maya keluar dari gedung Teknik, sepasang kekasih yang dia kenal sedang berjalan ke arahnya. Sebenarnya Maya tak ingin bertemu mereka dan ingin kabur secepat mungkin. Hanya saja langkahnya kalah cepat dengan suara yang menyebut namanya dengan jelas.
“Maya!” Laki-laki dan perempuan itu mendekati Maya.
Mau tak mau Maya berhenti dan berhadapan dengan mereka. Dengan kikuk Maya menyapa mereka, “Oh, hai, Leo! Hai, Lena!”
“Ngapain lo di sini?” tanya Leo tegas membuat Maya semakin gelisah di tempatnya berdiri.
“Oh, tadi habis antar temen ke T.U, dia udah pulang. Aku masih masih ada urusan lain,” jawab Maya cepat. Dia merasakan pandangan menyelidik dari Lena.
Bagi Maya, Lena adalah orang yang dia segani. Pembawaannya yang dewasa membuat Maya terlihat seperti anak kecil di hadapan Lena. Lena banyak membantu Maya dalam hubungannya dengan Alvin. Maya tahu Lena pasti membencinya karena masalah itu.