Hari Minggu yang cerah, Alvin bermalas-malasan di kamarnya. Semua deadline desain sudah diselesaikannya semalam. Sedangkan webtoon untuk kompetisi, dia telah membuat membuat beberapa panel.
Alvin memutuskan untuk istirahat sejenak setelah seminggu ini berkutat dengan semua tugas yang harus diselesaikannya. Ia menikmati hari liburnya dengan berselancar di dunia maya.
Tatapan Alvin tertuju pada logo berwarna biru dengan enam buah titik putih di ponselnya. Di aplikasi bernama Kawaiiku inilah Alvin mengikuti kompetisi webtoon.
Alvin menekan ikon itu dan menyusuri berandanya. Ada beberapa permintaan berteman, juga ada beberapa pesan masuk. Setelah membalas semuanya, ia beralih pada aplikasi percakapan bergambar telepon.
Grup chatting bernama Random itu baru terbentuk saat ia mulai mendaftar kompetisi. Ia melihat info pranala tentang grup ini, lalu memutuskan untuk bergabung.
“Sekalian nambah teman kan, dan mereka-mereka ini pasti komikus hebat semua,” kata Alvin waktu itu.
Selama ini Alvin merasa berada di dunia yang berbeda dengan orang-orang yang dia kenal. Sejak kecil Alvin menyukai menggambar. Ia suka membuat berbagai macam cerita bergambar hingga saat ini. Namun sayang, lingkungan tidak mendukungnya. Semua memandang hobi itu sebelah mata dan dianggap itu hobi anak kecil. Tak ada yang bisa diajak berbicara tentang webtoon kesukaannya.
Bergabung di grup ini, Alvin seperti menemukan dunia baru yang selama ini belum pernah ia lihat. Dia jadi mengenal beberapa komikus yang karyanya sudah terkenal. Ia pun mendapat banyak pengetahuan tentang dunia gambar dari yang lainnya.
Alvin merasa grup ini sangat bermanfaat. Bukan hanya sekedar berkompetisi, tapi juga saling berbagi ilmu. Seperti menemukan oase di padang gurun, pikiran Alvin jadi segar dan bersemangat.
Grup ini berisikan seratusan nama, tetapi hanya beberapa puluh saja yang aktif di termasuk Alvin. Percakapan demi percakapan yang terjadi, membuat Alvin dekat dengan beberapa orang. Mereka inilah yang cukup sering berinteraksi dengannya meskipun sekedar melempar lelucon dan gambar-gambar lucu. Namun hanya satu nama yang membuatnya betah berlama-lama di sana.
Chika. Begitu nama itu muncul di layar percakapan, Alvin segera membalasnya jika memungkinkan. Terkadang ketika dia sedang sibuk, ratusan pesan itu tak terbaca olehnya. Walaupun hanya melihat Chika dalam obrolan itu, entah mengapa hatinya senang.
Chika menyukai dunia gambar seperti dirinya. Ia juga baru belajar menggambar secara digital. Chika mengikuti kompetisi ini untuk mengasah kemampuannya. Kebetulan sekali Chika menggunakan program yang sama dengannya.
Alvin merasa Chika adalah orang yang menarik. Walaupun belum pernah bertemu, kalimat-kalimat yang ditulis Chika menunjukkan kepribadiannya. Mau tak mau Alvin selalu mengamatinya. Tak jarang dia tersenyum-senyum sendiri meskipun tidak ada hal yang lucu. Seperti ada medan magnet pada diri Chika yang menariknya ke sana tanpa ia sadari.
Beberapa hari lalu Alvin sengaja mengirim pesan pribadi pada Chika. Dari ratusan orang dalam grup, Alvin memilih Chika untuk menanyakan hal yang sebenarnya dia sudah tahu. Dia hanya ingin mengetahui pribadi Chika lebih lanjut. Dan sesuai tebakan Alvin, Chika adalah orang yang ramah. Chika membalas pertanyaannya dengan tulus dan turut memberi semangat untuk lomba ini.
Tentu saja seketika hatinya berbunga-bunga. Seperti anak kecil yang tiba-tiba mendapat hadiah, seperti itulah yang dirasakan Alvin sekarang.
“Bro, menurutmu gimana orang ini?” Alvin menunjukkan foto profil Chika pada Leo. Siang itu mereka sedang bersantai di ruang tamu ditemani televisi yang menyala.
Leo memperhatikan foto itu. “Lumayan,” jawab Leo mengangguk-angguk. “Dia peserta lomba juga?” tanyanya kemudian.
“Iya, yang di grup ini kan peserta semua,” jawab Alvin mengambil kembali ponselnya.