Masa sekarang.
Sore itu cuaca sangat sejuk dengan angin sepoi-sepoi menerpa wajah bahagia Alvin. Ia jelas tak bisa menyembunyikan ekspresi itu setelah bertemu dengan pujaannya. Ya, Alvin telah jatuh cinta pada gadis dari grup Random itu sebelum ia menemuinya hari ini. Dan sekarang hatinya sudah mantap bahwa ia memang menyukai gadis yang sekarang ada di sampingnya.
Alvin menoleh pada Chika yang sedang menelusuri ponselnya. Mereka berada di teras Bonjour Café setelah makan siang tadi. “Udah dapat?” tanyanya melihat gadis itu begitu serius.
“Belum,” jawab Chika tanpa melepaskan pandangan dari apa yang dilihatnya.
“Aku aja yang antar Kakak pulang ya?” Alvin menawarkan diri. Sebenarnya dari tadi ia sudah mengatakan akan mengantar Chika pulang, tapi ditolak.
“Nggak usah, aku naik taksi online aja,” jawab Chika.
“Apa karena aku bawa motor?” Alvin bertanya ragu. Sempat terlintas di pikirannya alasan Chika menolak karena itu.
Chika menoleh pada Alvin dengan pandangan heran. “Kok jadi mikir ke situ sih?”
Alvin pura-pura melihat ke arah lain. Ia merasa salah bicara.
“Aku nggak suka ngerepotin orang lain. Selama aku bisa sendiri, aku lakuin.” Jawaban Chika membuat laki-laki itu semakin mengaguminya.
“Ah, udah dapat!” seru Chika. Senyumnya mengembang lebar.
Alvin jadi ikut tersenyum. “Masih jauh nggak?”
Chika mengamati ponselnya lagi. “Nggak sih, sepuluh menitan lagi. Lagian ini Sabtu, jalanan lebih ramai dari biasanya.”
Sekilas Alvin melihat alamat Chika di program taksi online itu. “Lumayan jauh juga rumahnya dari sini,” katanya dalam hati. “Tahu gitu ketemunya di tengah-tengah aja.” Ia menyesali ketidakpekaannya.
Chika yang memilih tempat ini karena dekat dengan tempat kost Alvin. Ia berpikir untuk mencari lokasi yang tidak terlalu jauh dari Alvin. Alvin masih kuliah, dan tak perlu menghabiskan banyak waktu dalam perjalanan. Ia berpikir seperti itu karena pernah berada di posisi Alvin sebagai anak rantau di kota lain.
Gadis itu sendiri sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta dekat rumah kontrakannya. Ia bekerja sebagai Administrator di tempat itu.
“Kakak berangkat kerja juga pakai taksi online?” Alvin bertanya.
“Kadang-kadang aja sih kalau hujan. Biasanya pakai motor juga karena dekat,” jawab Chika santai. Ia merapikan rambutnya yang terkena angin.
Kepala Alvin mengangguk-angguk. “Kapan-kapan aku boleh main ke rumah Kakak?” tanyanya tiba-tiba. Ia ingin lebih mengenal Chika karena itu ia nekat menanyakan hal itu.
Chika tertawa memamerkan deretan gigi putihnya yang rapi. “Ngapain? Rumahku jauh, nggak usah repot-repot ke sana. Kasihan kamunya nanti,” jawabnya masih sambil tertawa.
Hati Alvin merasa kalah sebelum berperang. “Masa cuma main ke rumah aja udah ditolak?” pikirnya cemas.
“Kita bisa ketemu di tempat lain yang nggak terlalu jauh.” Chika menambahkan melihat kekecewaan di wajah Alvin.