Dear Random

Lirin Kartini
Chapter #14

BAB 14

Alvin tak bisa melepaskan pandangannya pada Chika. Perasaan cemburu itu muncul melihat Chika yang tertawa lepas bersama Domi padahal mereka baru bertemu hari ini. Rasanya seperti ada batu besar memenuhi dadanya hingga terasa sesak. Alvin hanya berani menatapnya dari belakang.

Saat itu mereka sudah keluar dari pujasera dan berjalan santai menikmati suasana mall yang mulai ramai. Chika dan Domi berjalan di depan diikuti Alvin dan Karin. Sementara itu Eza dan Bian asyik bercanda di samping Karin.

“Jangan harap,” ucap Karin pelan mengetahui isi hati Alvin.

Alvin yang yang berjalan di sampingnya menoleh tak mengerti. “Apa maksudmu?” tanyanya heran. 

“Kakak suka kan? Kelihatan jelas sekali,” jawab Karin santai. Mendengar jawaban Karin, Alvin teringat ucapan yang sama dari Leo.

“Tapi mendingan nggak usah berharap deh!” Karin menambahkan. Pandangannya lurus ke depan. 

“Kenapa emangnya?” Alvin penasaran. 

Karin meliriknya sekilas. “Seharusnya Kakak sendiri yang cari tahu,” jawabnya.

Laki-laki itu benar-benar tak mengerti apa maksud Karin. Dan hal itu membuatnya semakin penasaran.

“Vin! Alvin!” Terdengar suara yang ia kenal memanggil namanya dari belakang. Serentak semuanya menoleh.

Alvin melihat sahabatnya berlari ke arahnya bersama Lena.

“Fiuuh! Untung masih keburu,” kata Leo terengah-engah.

“Eh, ngapain kalian di sini?” tanya Alvin pura-pura kaget. Ia melihat Lena mengedarkan pandangan pada kelompoknya mencari seseorang yang diceritakan Leo. Dengan mudah ia menemukannya, lalu tersenyum pada Alvin.

“Lo ke mana aja dari tadi gue cariin!” seru Leo.

“Ya gue kan udah bilang, gue mau jalan sama temen grup,” jawab Alvin masih dengan sandiwaranya.

“Lho, bukannya kita janji mau nonton bareng?” timpal Lena. Lengannya menyikut Leo dan menunjuk ke arah gadis yang sering diceritakan Alvin.

“Waduh!” Alvin menepuk dahinya dengan keras.

“Tapi kayaknya lo ada acara penting ya,” tebak Leo. “Gimana, Say?” Leo menoleh pada Lena meminta pendapat.

Eza yang memperhatikan percakapan mereka, angkat bicara, “Ini teman-teman Kakak?”

Alvin mengangguk dan menjawab, “Ah, iya! Mereka temanku. Kenalkan Leo dan Lena.” Alvin memperkenalkan sahabatnya. Satu per satu kelompok Alvin menjabat tangan Leo dan Lena bergantian.

Lena mengamati Chika dengan seksama saat menjabat tangannya.

“Alvin, kalau mau pisah sama kita nggak apa-apa lho, yang penting tadi kan kita udah ketemu dan ngobrol banyak,” usul Domi.

“Nggak apa-apa kok, aku ikut kalian aja. Nontonnya bisa kapan-kapan,” jawab Alvin cepat. Alasannya tentu saja karena ia tak mau membiarkan Chika lebih akrab dengan Domi.

“Sori banget, Bro, gue nggak ikut dulu hari ini.” Alvin menepuk pundak Leo sambil mengedip.

“Lo gimana? Mau lanjut atau lain kali aja bertiga?” Leo memberi pilihan pada Lena.

“Ah! Gimana kalo kita nonton bareng semua?” usul Lena. Matanya berbinar-binar seperti menemukan suatu ide yang luar biasa.

“Wah, ide bagus itu!” Leo setuju. “Gimana? Kalian mau gabung?”

Kelompok komikus itu saling berpandangan. “Nggak usah sungkan! Teman Alvin, teman kami juga,” ujar Leo melihat keraguan mereka.

“Yah sebenarnya ide yang bagus sih, tapi aku nggak bisa lama-lama,” jawab Eza.

“Aku juga nggak bisa. Aku harus mulangin keponakanku tersayang ini sebelum mamanya ngomel karena kemalaman,” Domi memberi alasan.

Lihat selengkapnya