Seharian ini Alvin mondar mandir di kamarnya. Berkali-kali ia mengecek ponselnya berharap ada kabar baik. Leo yang menemaninya ikut pusing dibuatnya. Hari sudah malam dan apa yang ia harapkan tampaknya tak terjadi.
“Duduk aja napa sih!” omelnya kesal. “Kayak setrikaan aja lo!”
Alvin tak menghiraukan omelan sahabatnya. Ia masih saja berjalan ke sana kemari. Kali ini sambil berdecak kesal.
“Napa sih sama cewek ini? Kenapa belum dihapus juga?” geram Alvin.
Ia sudah berkali-kali membuka aplikasi Kawaiiku dan mendapati komentar itu masih di sana. Beranda kian ramai dengan tulisan itu. Grup Random lebih ramai lagi. Alvin memutuskan tidak ikut dalam pembicaraan itu dan sepertinya Chika juga bersikap sama. Nama gadis itu tak terlihat dalam percakapan, tapi ia pasti membacanya.
“Cintanya sama lo udah berubah jadi obsesi,” kata Leo. Ia juga tak habis pikir Maya melakukan hal licik seperti ini.
“Dia emang berubah. Udah nggak gonta-ganti cowok lagi. Tapi dia jadi terobsesi sama lo,” lanjutnya lagi.
Terdengar erangan geram dari mulut Alvin. “Gue nggak bisa tenang kalau gini!” teriaknya.
“Gue jadi nggak konsen mau ngapa-ngapain! Untung aja kemarin udah kirim webtoonnya. Tinggal nunggu kurasi aja.” Alvin menghempaskan tubuhnya ke kasur.
“Menurut lo, dia bakal hapus nggak?” tanya Leo.
Alvin berbaring menatap langit-langit kamarnya. Silaunya cahaya lampu membuat matanya terpejam. Berbagai macam pikiran berkeliaran di kepalanya.
Setelah dari rumah Maya tadi, ia menghubungi Chika. Ia mengatakan bahwa Maya akan menghapusnya. Namun sampai sekarang tulisan itu belum dihapus. Alvin gelisah memikirkan kecerobohannya mengatakan hal yang ia sendiri tak yakin.
“Harusnya gue nggak ngomong gitu sama dia,” keluhnya. “Kepedean banget gue.”
Leo hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihatnya. Berbagai cara sudah ia lakukan dari tadi untuk menenangkan Alvin, tapi tak berhasil. Perutnya bahkan belum terisi selain nasi goreng tadi pagi.
“Bang Leo! Pesananmu datang!” Terdengar teriakan Rexy dari luar.
Leo segera keluar mengambilnya. Beberapa saat kemudian, ia kembali bersama Rexy dan Agus. Senyum nakal tersungging di bibirnya. Kedua anak itu juga ikut tersenyum. Mereka tahu apa rencana Leo.
“Sekarang!” teriak Leo tiba-tiba.
Rexy dan Agus menyerbu Alvin yang tak sadar apa yang direncanakan mereka. Rexy memegang tangan Alvin, sedang Agus mengunci kakinya. Seketika Alvin berontak, sementara Leo tertawa terbahak-bahak.
“Woi! Kalian ngapain?!” jerit Alvin sambil berusaha melepaskan diri dari Rexy dan Agus.
Meski masih junior, kuncian Rexy dan Agus cukup kuat. Mereka bahkan ikut menertawakannya. Dan itu membuat Alvin semakin kesal.
“Sekarang dengerin gue!” kata Leo sambil berkedip pada Rexy dan Agus. Keduanya mengangguk mengerti.
“Gue udah pesen makanan. Lo mau makan dengan kesadaran sendiri, atau perlu gue gendong ke sana dan suapin lo makan? Pilih!” ancam Leo.