Deadline kompetisi tinggal sepuluh hari lagi. Beruntung Alvin sudah menyelesaikan komiknya sesuai dengan ketentuan lomba. Sekarang ia bisa memfokuskan diri pada skripsinya yang tinggal sedikit lagi. Begitu pula dengan sahabatnya, Leo yang juga sedang bergiat menyelesaikan skripsinya. Janji mereka lulus bersama-sama akan segera tercapai.
“Gimana, Vin? Udah beres semua?” tanya Leo beberapa hari kemudian. Saat itu mereka baru saja selesai dari bimbingan terakhir dan menentukan jadwal sidang skripsi.
“Udah. Tinggal nge-print aja di sana seperti biasa,” jawab Alvin sambil menunjuk ke suatu arah. “Lo gimana?”
“Sama. Tapi kayaknya gue print di tempat lain aja, takutnya di sana penuh,” kata Leo.
“Akhirnya ya…,” gumam Alvin lega. Ia tersenyum puas. Satu per satu tugasnya ia selesaikan dengan baik. Tinggal sedikit lagi masanya menjadi mahasiswa. Selanjutnya ia akan berjuang di dunia nyata. Bekerja.
“Bentar lagi kita pisah ya,” sahut Leo dengan nada sedih.
“Benar juga ya.” Alvin tercenung mengingat betapa cepatnya waktu berlalu. Dulu dia begitu ingin cepat-cepat lulus dan bekerja. Sekarang entah mengapa dia menjadi mellow sendiri. Rasanya waktu empat tahun itu begitu cepat.
Mereka berjalan dalam diam. Masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri. Persahabatan yang terjalin selama ini tak akan mudah dilupakan. Kenangan yang terjadi selama kuliah membuat mereka lebih dekat daripada saudara. Rasanya enggan berpisah dengan seseorang yang selalu ada dalam duka dan suka.
“Kok gue sedih ya? Harusnya kan gue seneng mau lulus,” kata Leo tiba-tiba.
“Belum sidang woi!” tegur Alvin tertawa. “Eh, ada nggak sih udah sidang tapi nggak lulus?”
Leo angkat bahu. “Nggak ada kali ya… Paling cuma nilainya biasa aja,” jawab Leo.
“By the way, lo mau kerja di mana?” tanya Alvin. Sekarang pikiran itu mengganggunya. Beberapa teman seangkatannya sudah dilirik oleh perusahaan-perusahaan ternama. Bahkan ada yang siap bekerja setelah lulus sidang. Alvin jadi bimbang.
Selama ini Alvin terlalu sibuk dengan hobinya. Ia begitu menyukai menggambar sehingga dia mengisi hari-harinya dengan menerima permintaan desain logo atau brosur. Hasilnya cukup lumayan, dia bisa mandiri tanpa kiriman dari orang tuanya. Namun dia tahu pasti, mereka tidak akan menyukai hal itu.
“Gue mungkin kerja di kantor bokap dulu cari pengalaman,” jawab Leo. “Mereka kekurangan staf IT di sana. Jadi bokap minta, selesai sidang gue harus balik dulu sampai wisuda,” lanjutnya.
“Walau nggak digaji, tapi kayaknya oke buat ngasah kemampuan gue selama ini,” jelas Leo.