Dear Random

Lirin Kartini
Chapter #22

BAB 22

“Ke rumahnya lagi, Vin?” tanya Leo suatu sore di hari Sabtu.

“Yep!” jawab Alvin sambil memakai jaketnya. “Kompetisi udah selesai, skripsi udah ngumpul. Saatnya senang-senang dulu,” katanya lagi sambil tertawa.

Entah kebetulan atau tidak, pengumuman kompetisi dan sidang skripsinya jatuh di tanggal yang sama. Ia masih punya waktu dua minggu untuk mempersiapkan semuanya. Jadi Alvin memutuskan untuk menyegarkan pikirannya dulu.

Have fun, ya!” teriak Leo sebelum Alvin berlalu.

Alvin berangkat dengan perasaan bahagia. Semua berjalan sesuai rencana. Jika Tuhan berpihak padanya, maka tujuannya yang satu ini sebentar lagi akan tercapai. Ia sudah menyiapkan sebuah hadiah kecil untuk Chika.

“Semoga dia suka,” katanya dalam hati. Ia meraba saku kemejanya di balik jaket. Terasa sebentuk kotak kecil di dalam sana. Bukan sesuatu yang mahal, tap ia berharap Chika menyukainya.

“Sore, Kak.” Alvin mengucapkan salam ketika pintu rumah itu terbuka.

Tampak tuan rumah itu sedang tersenyum. “Sore juga. Ayo masuk,” ajak Chika. 

“Makasih.” Alvin masuk lalu duduk di sofa. 

“Emang ada perlu apa nih ke sini?” tanya Chika.

“Nggak ada apa-apa sih,” jawab Alvin santai. “Emangnya harus ada alasan buat ke rumah Kakak?” Dia balik bertanya.

Chika tertawa. “Lega ya, semua udah selesai. Tinggal pengumuman aja. Jadi deg-degan nih,” kata gadis itu menggerakkan jarinya di pipi.

“Kira-kira siapa ya yang menang?” Tanpa sengaja kalimat itu meluncur bersamaan. Seketika mereka diam, lalu tertawa terbahak-bahak. 

Hati Alvin berbunga-bunga sekali. Orang bilang, bisa mengatakan hal yang sama secara kebetulan itu jodoh.

“Kakak di rumah aja nih?” tanya Alvin.

“Iya. Biasanya emang di rumah sih, santai-santai aja,” jawab Chika santai.

“Mau nemenin aku jalan-jalan nggak?” ajak Alvin tanpa basa basi.

“Hah?”

“Aku jarang sekali ke daerah sini. Apa ada tempat yang menarik? Lumayan bisa dapat ide setting cerita,” jelas laki-laki itu. Dia tak ingin melepaskan kesempatan ini. Gadis itu sendiri sepertinya memberi lampu hijau.

“Ada sih wahana permainan dekat sini, tapi nggak tahu kamu suka atau enggak,” usul Chika. 

“Ah, aku suka kok!” balas Alvin cepat. Dia rela pergi kemana pun asal bersama dengan gadis yang disukainya. “Apa aja suka, karena aku belum tahu,” lanjutnya.

Chika melihat jam dinding. “Sekarang udah hampir jam 4 sore, masih keburu sih kalau mau. Tapi nggak bisa lama-lama karena tutup jam 6.”

“Boleh!”

“Oke, aku siap-siap dulu ya,” pamit Chika masuk ke dalam.

Alvin tersenyum senang. Ia tak menyangka Chika akan menerima ajakannya. Ia semakin yakin semuanya sesuai rencana.

Tak lama Chika keluar dengan membawa sebuah tas kecil di bahunya. “Berangkat sekarang?” tanyanya melihat Alvin masih duduk di sofa. 

Alvin bangkit berdiri dan terdiam begitu melihat Chika di hadapannya. “Kakak cantik,” pujinya. 

Gadis itu tertawa. “Udah tahu dari lahir,” kelakarnya.

“Kak Chika bisa bercanda juga rupanya ya,” ujar Alvin.

“Oh, ya, sebelum aku lupa….” Alvin merogoh sakunya dan mengeluarkan kotak kecil berwarna biru muda. “Ini buat Kakak.”

Lihat selengkapnya