Dear Random

Lirin Kartini
Chapter #29

BAB 29

Agatha mengemas barang-barangnya lalu memasukkannya ke dalam kardus besar di atas meja. Sebagian besar laci dan lemarinya sudah kosong. Ia hanya meninggalkan beberapa catatan untuk penggantinya di map biru miliknya.

“Kamu beneran pindah, Tha?” tanya seseorang di belakangnya.

Gadis itu menoleh dan melihat Riri, rekan kerjanya selama enam tahun di perusahaan ini sedang menatapnya dengan sedih.

“Iya,” jawab Agatha sambil tersenyum.

“Tapi kok mendadak banget sih, nggak bisa diundur bulan depan gitu?” tanya Riri.

“Hari ini hari terakhirmu ya?” tanya suara di seberang meja kerja Agatha. Tian menyembulkan kepala dari tumpukan berkas di lemari kecilnya.

Agatha mengangguk dan tersenyum. “Yah mau gimana lagi. Semuanya serba mendadak,” ujar Agatha.

“Sudah, jangan membebani Agatha… nanti dia malah nggak tenang keluar dari sini,” celetuk Sena tiba-tiba. Entah sejak kapan ia ikut dalam percakapan ini.

Agatha tertawa. “Nggak kok. Meski udah nggak di sini lagi, aku tetap kangen kalian. Kalian kan orang paling bawel yang pernah aku kenal.”

Sebuah cubitan mendarat di pipi Agatha yang mulus. “Ouch!” Ia meringis sambil mengelus pipinya.

“Makanya kita juga kangen bawelin kamu!” tukas Sena yang tadi mencubit pipinya.

“Gantian dong, masa aku terus yang dibawelin,” canda Agatha. Enam tahun bekerja bersama mereka membuat hubungan mereka dekat.

“Eh, tapi ingat ya, kalian jangan terlalu kejam sama juniorku nanti,” ancam Agatha. Penggantinya saat ini belum ada karena pengunduran diri Agatha begitu mendadak.

“Hmm… gimana yaa… nggak janji deh kalau itu…,” kelakar Riri.

“Hah, udah bisa ketawa ya kamu! Padahal tadi siapa coba yang mau nangis karena aku pindah.”

Beberapa waktu lamanya mereka saling bercakap-cakap dan bercanda untuk terakhir kalinya. Ya, Agatha akan berhenti bekerja. Ia akan kembali ke Jakarta atas permintaan Bryan.

Setelah insiden bersama Alvin, dengan penuh penyesalan Agatha menceritakan semuanya pada Bryan melalui telepon. Tunangannya itu hanya menjawab, “Kita menikah bulan depan. Kau bereskan urusan pekerjaanmu dan kembali ke sini minggu depan.”

Agatha menuruti semua permintaan Bryan. Tentu saja karena sebentar lagi ia akan menjadi istrinya. Perjalanannya di sini sudah selesai. Jika sebelumnya ia tak punya alasan untuk pulang, sekarang ia harus kembali ke tempat seharusnya ia berada.

Beberapa hari yang lalu ia mengajukan surat pengunduran diri pada atasannya yang sangat terkejut. Permintaan Agatha terlalu mendadak dan perusahaan sedang sibuk-sibuknya. Beliau sangat ingin menahan Agatha sampai akhir bulan. Atau paling tidak sampai mendapatkan penggantinya. Namun, alasan yang diajukan Agatha lebih kuat. Dengan terpaksa beliau menerima pengunduran dirinya.

Dengan sisa waktu yang ada, Agatha mengurus semua pekerjaan yang belum ia selesaikan.Dan sekarang adalah hari terakhirnya di perusahaan yang telah menghidupinya selama enam tahun.

Sore ini menjadi sore penuh haru di ruangan kerja Agatha. Satu per satu rekan kerjanya memberi ucapan selamat atas pernikahannya bulan depan. Juga ucapan selamat berpisah dan terima kasih untuk semua waktu yang telah mereka lewati bersama.

Agatha meninggalkan tempat itu dengan perasaan sedih dan bahagia bercampur jadi satu. Sedih karena ia harus meninggalkan kota penuh kenangan ini. Bahagia karena ia akan menikah dengan pujaan hatinya.

Agatha memasuki mobil yang sudah menunggunya di depan lobi kantor. Semua barang-barangnya telah dimasukkan oleh salah satu petugas kantor.

“Udah semua?” tanya Bryan di depan kemudi. Ia mengamati wajah sedih kekasihnya.

Agatha mengangguk. “Iya, udah.”

“Ada tempat yang ingin kau datangi sebelum kembali?”

Gadis itu tampak berpikir sesaat. Ia lalu menjawab, “Ada. Kita ke sana dulu ya?”

Lihat selengkapnya