Dear Random

Lirin Kartini
Chapter #30

BAB 30 (END)

Dua tahun kemudian.

Alvin sedang berada di sebuah café di salah satu mall kota pahlawan ini. Dia duduk di sudut café yang terbuka yang bersisian dengan jalan masuk ke mall. Di atas meja ada sebuah perangkat menggambar yang menampilkan gambar seorang wanita. Di sebelahnya ada secangkir kopi hangat yang masih belum berkurang isinya.

Alvin menggoreskan pena di sana beberapa kali. Ia berhenti sejenak mengamati hasilnya. Ia lalu menggerakan penanya lagi. Goresan demi goresan muncul tanpa keraguan dan menghasilkan karya yang indah.

Terlihat sekali ia sangat menikmati pekerjaannya ini. Menggambar yang merupakan kesukaannya sejak kecil, kini telah menjadi pekerjaan yang menghasilkan. Ia seperti tak terpisahkan dengan dunia imajinasi ini. Sama seperti kenangan yang selalu melekat dalam benaknya. Namun, kenangan itulah yang menjadi penyemangatnya saat ini.

Sampai kapanpun ia tak akan pernah bisa melupakannya. Meskipun mereka tak akan bertemu lagi, tapi dengan membaca karyanya, ia tahu bahwa gadis itu baik-baik saja. Biarlah semua memori itu tersimpan dalam sudut hatinya yang paling dalam. Keluar jika ingin keluar. Sembunyi jika ia ingin sembunyi. Alvin tak pernah memaksakan dirinya.

Ia menyeruput kopinya yang mulai dingin. Pahit manisnya kopi menggelitik lidahnya. Aromanya merasuki seluruh tubuh dan memberikan sensasi yang berbeda. Nikmat!

Kehidupan itu sama dengan kopi. Setiap jenis kopi mempunyai rasa yang berbeda-beda. Semuanya tergantung pada tempat di mana ia tumbuh dan berkembang. Cuaca dan iklim di alamnya. Tanaman apa saja yang tumbuh di sekitarnya. Mereka saling mempengaruhi satu sama lain. Memberikan rasa dan warna yang berbeda bila kau mencampurnya dengan tepat.

Manusia akan menjadi seperti apa kelak, dipengaruhi oleh orang-orang di sekitarnya. Pun dalam dirinya masih lekat karakter yang sesungguhnya. Gabungan dari semuanya akan membentuk pribadi yang berbeda dan istimewa. Demikian halnya dengan Alvin. Semua kejadian ini membuatnya menjadi pribadi yang berbeda dengan sebelumnya.

Alvin mengamati gambarnya dengan perasaan puas. Setiap goresan dan warna yang ia berikan, mempunyai makna yang penting baginya. Seluruh ingatannya tercurahkan dalam gambar itu. Seolah dia benar-benar ada di hadapannya.

Tangannya merogoh tas di kursi sebelahnya dan mengambil sebuah benda kecil. Sebentuk bahan akrilik dengan gambar seorang gadis di dalamnya. Ia memandangnya dengan tersenyum lalu meletakkan gantungan kunci itu tepat di sebelah tabletnya. Gantungan kunci yang sama dengan yang pernah ia berikan pada seseorang di gambar itu. Entah bagaimana nasib benda itu sekarang.

Gambar realis tampak di layar tabletnya, sedangkan gambar versi komik ada pada benda kecil di sebelahnya. Alvin tersenyum memandang keduanya bergantian. “Cantik. Dua-duanya cantik,” ujarnya.

Ia lalu mengambil benda kenangan itu dan hendak meletakkannya di tempat semula ketika matanya menangkap sesuatu yang ia kenal. Ia memfokuskan pandangannya ke sana hingga tanpa sadar gantungan kunci itu jatuh di bawah kursinya.

Di seberang sana, ada sepasang laki-laki dan perempuan turun dari mobil. Mereka berjalan santai memasuki lobi mall di sisi lain café. Ia mengenali perempuan bertubuh mungil di samping laki-laki itu. Mereka tampak bahagia sekali, terlihat dari wajahnya yang ceria dan senyumnya yang mengembang.

Alvin lalu tersenyum memahami mengapa wanita itu terlihat begitu bahagia di matanya. Entah mengapa, ia pun ikut bahagia melihatnya. Ada perasaan lega melihat sosok itu berjalan sambil memegang perutnya yang membesar.

Ia terus mengamati pasangan itu hingga menghilang dari pandangannya. Alvin berbalik hendak merapikan barangnya ketika ada seseorang yang menegurnya.

“Kak Alvin ya?” Seorang gadis bertanya kepadanya dengan mata berbinar-binar.

Alvin mengangguk pelan. Ia mengamati gadis itu. Wajahnya imut. Tubuhnya mungil. Pakaiannya pun seperti anak sekolah menengah. Terkesan lucu bagi Alvin. Lucu dalam arti positif.

“Waaahh! Ternyata benar-benar kak Alvin komikus itu ya!” Gadis itu menjerit heboh dan membuat orang-orang di sekitar menoleh ke arahnya.

Lihat selengkapnya