DEAR RANIA

Herofah
Chapter #1

1. PROLOG

"Gue nggak laper!" Sentak Rania menepis sesendok suapan dari tangan Rakha, suaminya.


"Tapi dari pagi tadi kamu belum makan, Rania... Kamukan harus minum obat. Kesehatan kamu belum pulih sepenuhnya," ucap Rakha dengan sikap sabar dan penuh ketulusan. Dia memunguti ceceran nasi yang terjatuh dipangkuan istrinya, lalu mulai menyendok sesuap nasi lagi.


"Ayo makan, saya suapi," ucap Rakha lagi sembari menempelkan sesendok nasi berserta lauk pauknya ke bibir Rania yang masih terkatup rapat.


"GUE UDAH BILANGKAN KALAU GUE NGGAK LAPER! LO ITU BUDEK APA BEGO SIH?" Lagi-lagi Rania menepis sendok yang menempel di mulutnya.


Saking kencangnya tepisan tangan itu, bahkan sepiring nasi di tangan Rakha pun ikutan terjatuh.


"Astaghfirullah, Rania..." gumam Rakha pelan sembari mengurut dada. Dihempasnya napas berat lalu dia bangkit dari duduknya untuk membenahi makanan yang berserakan di lantai serta beberapa pecahan piring yang terpental ke sembarang arah.


Rania semakin kencang mendekap kedua lututnya. Pelupuk matanya kian menghangat.


Bayang-bayang Nando terus berputar di kepalanya. Sosok laki-laki yang begitu Rania cintai. Sang calon suami yang seharusnya mendampinginya saat ini. Rania benar-benar membutuhkan sosok Nando. Dia rindu Nando. Dia rindu segala hal yang ada pada diri Nando. Tapi, kenapa lelaki itu pergi justru di saat Rania baru saja mengalami musibah?


Saat-saat tersulit dalam hidup Rania ketika dirinya tahu bahwa dia kini cacat.


Dia buta.


Lihat selengkapnya