Jalanan sepi pagi itu. Aroma hujan kemarin malam masih tersisa. Beberapa embun meninggalkan jejaknya pada jendela-jendela dan pintu kaca pertokoan tua sepanjang jalan. Hawa pagi itu terasa dingin, sedingin lalu lalang orang yang terasa asing tanpa sebuah sapa atau senyuman. Namun sepasang sepatu itu terus berjalan. Terdengar suara pintu tua berderit, diiringi gemerincing lonceng kecil. Seolah menyapa riang pada setiap yang membukanya.
"Selamat datang!", ucap seorang gadis berkuncir kuda dengan nada ceria dengan senyum hangatnya.
Seorang pria paruh baya tersenyum membalasnya.
"Selamat pagi!", ucap pria berjaket hitam.
"Selamat pagi, Pak! Silakan! Ada yang bisa dibantu, Pak?", tanya si gadis itu.
"Seperti biasanya, Nak Cherry. Satu cappucino", jawab Bapak itu.
"Baik, Pak. Mohon ditunggu".
Gadis yang dipanggil Cherry itu nampak menuliskan sesuatu pada secarik kertas, yang kemudian diteruskan ke ruang bagian dalam melalui sebuah terowongan kecil pada dinding pembatas.
Tak lama kemudian, muncul segelas cappucino hangat sesuai pesanan. Aroma susu dan kopi menyeruak dalam ruangan itu, menghangatkan pagi yang entah mengapa terasa dingin di hari itu.
"Silakan untuk cappucino-nya, Pak", ucap Cherry sambil menyerahkan pesanan kepada pelanggannya.