Dear, Sara

Carristevie
Chapter #2

PAGI

Terdengar suara ketukan sepasang sandal menuruni anak tangga. Waktu itu masih pagi sekali, hari masih gelap. Gadis bertubuh kurus itu menuruni anak tangga dengan penerangan lampu LED berwarna kuning di dinding tangga.

Dia berjalan menuju hiasan-hiasan dinding kayu, di mana bertuliskan kata-kata bijak yang dikemas dalam gaya rustic. Terdapat 5 papan kayu dengan motif dan ukuran yang berbeda-beda. Ada papan yang bertuliskan 'Be change that you want to see in the world', lalu ada pula lukisan tumpukan buku, kopi & cookies. Di sampingnya terdapat papan bergambar kopi dalam kemasan cup kertas yang bertuliskan 'Ori lebih asik' di bawahnya. Gadis itu mengamati rangkaian dedaunan rambat artifisial di atas papan itu. Dia tampak terdiam sesaat. Seperti memikirkan sesuatu.

Lalu dia berjalan ke hiasan dinding yang lain. Mengamati papan kata yang lain. Lagi-lagi papan tentang kopi. Kata-katanya cukup menarik. 'Think or talk, coffee always beside you'. Kalimat yang tepat untuk menggambarkan kopi yang menjadi teman sejati di kala sendirian atau beramai-ramai. Di kala sedih ataupun senang. Kopi yang menjadi andalan penenang dan peningkat mood setiap orang.

Gadis ini memandang papan itu sesaat lalu berpindah pada lainnya. Namun kali ini tatapannya agak berbeda. Memandang lukisan bunga matahari dan kaktus yang berdampingan. Seperti merasakan keanehan dan ketidaknyamanan.

"Kakak", panggil seorang gadis dari anak tangga.

Gadis berambut gelombang itu menoleh.

"Cherry? Kamu bangun?", tanya gadis itu.

Jam dinding menunjukkan pukul 3 pagi waktu itu.

"Mengapa kau bangun sepagi ini? Kau tidak bisa tidur?", tanyanya lagi.

"Ya. Aku terbangun. Dan aku mendengar suara Kakak turun ke bawah. Jadi aku juga ingin ikut turun", jawab Cherry.

"Mengapa Kakak bangun sepagi ini?", tanya Cherry kembali.

"Ah, aku tidak dapat tidur sejak beberapa jam lalu. Jadi aku putuskan untuk ke bawah", jawabnya.

"Kau mau teh?", tawar kakaknya pada Cherry.

"Biar aku saja, Kak yang membuatnya. Kak Sara duduklah", ucap Cherry.

"Baiklah. Terimakasih, Cher", ucap Sara.

"Kau mau roti panggang?", tawar Sara kembali.

"Tidak, Kak. Aku hanya ingin minum teh.", jawab Cherry.

"Baiklah."

Sara lalu menggeser kursi yang menghadap papan-papan itu dan duduk. Dia mengamati sekeliling cafe. Mulai dari pintu kaca tua dengan tirai putih tulang yang beberapa bagian catnya sudah mengelupas, papan Welcome bergaya vintage yang tulisan 'Welcome'-nya masih menghadap ke dalam cafe, papan-papan yang tadinya dia amati satu per satu, dedaunan rambat serta meja-meja kecil dan kursi yang diatur dengan manis tetapi tetap menjaga kenyamanan privasi antara meja satu dan meja lainnya.

"Sedang mengamati apa, Kak?", tanya Cherry yang datang dengan dua gelas mug berisi teh panas.

Lihat selengkapnya