Dear, Script

Singkat Cerita
Chapter #4

Chapter #4

“Sandy ... San....”

“Hei, Sandy!”

“Eh, apa sih? Manggilnya biasa aja dong, Bett....” Aku terkejut karena Betty menepuk pundakku dari belakang dengan keras sambil berteriak.

"Kamu, sih ngelamun dari tadi, di depan pintu masuk lagi ganggu jalan masuk nih...." Betty membalasku sewot dan menepikan badanku ke samping pintu.

Ia memasukkan koper besarnya ke dalam rumah penginapan, dan aku yang tadi tidak sadar sedang melamun kini mengikuti langkah kaki Betty yang mulai memasuki kamar belakang rumah ini. Kali ini aku mengikutinya tanpa melamun alias sepenuhnya aku sadar mengikutinya. Aku tahu mengapa Betty memilih kamar belakang dan bukannya kamar depan.

Kamar ini adalah tempat strategis karena di sebelah kanannya ada kamar mandi yang lengkap dengan kloset dan memiliki lampu yang terang. Lalu, tepat di depan kamar ini ada meja makan dan dapur yang tampaknya cukup luas. Ada satu lagi keistimewaan dari kamar ini yaitu dekat dengan tempat setrika. Aku jadi tidak sabar ingin cepat menyetrika dan memakai baju rapi untuk berangkat praktek kerja lapangan atau PKL pada hari pertamaku.

"Yang sebelah sini cukup luas sih, tapi sama sekali nggak ada ventilasinya nanti pasti bakal sumpek," Violet yang belum memilih kamar untuk ditempati mengamati kamar belakang dengan detail.

"Bukannya itu ventilasi ya?" Aku menunjuk sebuah kotak kecil yang samar-samar berwarna bening memancarkan cahaya kecil seperti jendela ventilasi.

"Itu bukan ventilasi Sandy. Jelas-jelas itu udah ditutup pakai keramik bening lihat deh," Violet meraih lubang kotak itu dan menepuk-nepuknya.

"Lagian kalau ada ventilasi nanti kamarnya bisa kena bau pup loh dari kamar mandi," kata violet Seraya menutup obrolan ini dan melenggang pergi ke kamar sebelah alias kamar depan yang dekat dengan ruang tv.

Ayu yang dari tadi berdiri di depan pintu kamar ini melirik mulai dari atas hingga bawah samping kanan hingga samping kiri. Lalu tanpa bergeming sepatah katapun ia melangkahkan kakinya masuk ke kamar ini dan meletakkan koper ungunya di samping tas besarku. Ia berjalan mendekat ke arahku dan Betty yang saat ini sedang merebahkan tubuhnya di atas spring bed.

"Aku di sini aja ... dengan suasana kota Batu yang dingin justru kamar ini bakal jadi anget kok," katanya meyakinkanku dan Betty yang terlihat ragu karena ventilasinya sudah ditutup.

"Iya betul, tapi mungkin Violet bener juga kalau kamar ini bakalan sedikit pengap." Aku mengiyakan dan mempertimbangkan kalimat violet yang juga ada benarnya.

Aku mulai mengeluarkan barang-barang yang perlu dikeluarkan seperti obat-obatan, satu setel baju pendek dan perlengkapan mandi, aku tak lupa mengeluarkan beberapa snack untuk dimakan nanti. Konon katanya makanan bisa mempererat hubungan seseorang.

Setelah sibuk menata barang-barang dan memilih kamar, kelompok lain yang akan bersama dengan kami selama 2 minggu ini akhirnya datang. Mereka memiliki 5 anggota juga, persis dengan kelompokku. Kelima anggotanya juga perempuan semua dan aku tidak terlalu mengenal kelimanya karena aku hampir tak pernah satu kelas dan sekelompok dengan mereka.

Lihat selengkapnya