Dear, Script

Singkat Cerita
Chapter #7

Chapter #7

Tragedi kecerobohan mulutku kemarin hanya diketahui oleh Betty dan Aku sangat teramat memohon padanya untuk tidak mengatakan hal memalukan itu kepada yang lainnya. Aku berharap hari ini akan berjalan normal seperti saat aku belum menemui Mas Basuki yang paling penting aku berharap Mas Basuki melupakan perkataanku yang konyol itu.

"Aku berangkat dulu ya, sama Sandy." Ayu teman akrabku sejak semester 1 itu mengajakku untuk berangkat ke lokasi PKL lebih awal 25 menit sebelum jam masuk kerja.

Aku memilih untuk berangkat lebih dulu supaya nanti saat sudah sampai di tempat kerja nanti orang-orang khususnya Mas Basuki tak akan menyadari keberadaanku.

"Oh iya San ... kemarin kamu sama Betty kok pulangnya telat?" Ayu yang menjadi teman kamarku dan Betty otomatis menanyakan hal itu, karena menyadari bahwa keterlambatan pulang itu artinya aku dan Betty juga mendapat waktu lembur dan berarti juga kalau tugas yang dikerjakan semakin banyak.

"Oh ... nggak ada apa-apa Yu, kemarin aku dan Betty cuma agak telat karena beresin ruangan kerjanya." Aku membuat alasan yang setidaknya masuk akal untuk didengar Ayu.

"Oh ... gitu...."

Sesampainya di kantor, aku dan Ayu celingak-celinguk menatap ke dalam ruangan kantor yang ternyata belum buka. Aku mencari-cari keberadaan petugas kantor yang bertugas menyiapkan absen mahasiswa PKL. Tapi, nihil. Petugas kantor itu belum datang padahal, kan 10 menit lagi kantor sudah harus buka. Aku hanya melihat kantor yang masih sepi, hanya ada petugas kebersihan yang lalu-lalang mengepel sembari merapikan kursi-kursi di ruang kantor admin.

Tiba-tiba dari arah belakang, ada seseorang yang menepuk pundakku dengan lembut. Jujur, itu bukan sengaja kuabaikan tapi karena aku sudah terlanjur fokus dengan petugas kebersihan yang ada di dalam kantor admin itu, "mengapa Mas-nya nggak buka pintu ini langsung ya, yuk?"Aku bergumam pelan tanpa kusadari.

Sekali lagi, pundakku ditepuk dua kali dengan lembut lalu disusul dengan suara lembut yang sedikit serak seperti berbisik di belakangku, "karena yang bawa kuncinya itu saya bukan mas-mas yang ngepel di sana."

Sontak saja aku terkejut mendengar suara yang pasti bukan suara milik Ayu. Aku langsung berbalik dan menjauhkan diri dari pintu kantor admin, sedangkan kulihat wajah Ayu yang hanya bisa meringis dan tangannya tak berhenti menepuk paha seperti mengisyaratkan untuk mendekatinya yang saat ini berada cukup jauh di belakang Mas Basuki.

Ya, betul. Suara setengah serak yang kudengar tadi adalah suara Mas Basuki. Entah sudah berapa lama ia berdiri di belakangku yang sedang mengintip ke arah kantor hingga ia mendengar gumaman tidak jelas yang baru saja kulontarkan, saat ini ia berdiri tepat di depan pintu dan membukanya dengan kunci yang baru ia keluarkan dari saku lalu mempersilakan aku dan Ayu masuk dengan tersenyum kecil dan manis.

"Aduh ... tamat riwayatku...." rutukku dalam hati. Kemunculannya yang seperti ini adalah kebetulan yang tidak menguntungkan bagiku.

"Eh ... San, sadar nggak sih kayaknya Mas Basuki hari ini kelihatan beda ya, hm ... kelihatan lebih rapi dari kemarin," ucap Ayu saat kami melenggang keluar dari kantor usai mengisi absen.

Saat itu aku juga baru sadar. Kelihatannya hari ini Mas Basuki terlihat berbeda tapi apa ya, yang membuatnya kelihatan beda. "Aku tidak yakin sih, Tapi kelihatannya kamu benar, Yu."

Lihat selengkapnya