Saat ini jam masih menunjukka pukul 4 sore. Tapi hatiku rasanya sudah berdegup tak karuan seperti kompetisi pacuan kuda. Jujur saja, terakhir kali aku dekat hingga bermain di luar seperti ini ketika aku SMA kelas 11 dan itu juga sempat membuat konstrentasi belajarku menurun. Jadi saat itu kupilih untuk menjaga konsentrasi belajarku demi masuk kampus impian ini. Kira-kira sudah satu jam aku mengeluarkan si koperku yang hanya dipenuhi pakaian formal untuk bekerja dan kuusahakan untuk mencocokkan setiap item pakaian agar tampak cocok kupakai untuk keluar dengan Mas Basuki nanti.
"Aini, kira-kira nanti Violet dna Ayu bakal pulang jam berapa ya?" kataku sambil mencocokkan blus pastel polos dengan celana kain warna hitam di kamar Aini.
Suasana rumah penginapan sore ini masih sepi. Teman-teman dari kelompok lain sepertinya juga pergi bersama ke wisata yang ada di kota Batu ini. Mereka tadi pagi tampak ramai menyiapkan baju renang. Jadi, kupikir mereka pasti ke Jatim Park atau kemanapun itu yang terdapat wahana basah-basahan.
Violet dan Ayu pergi dengan pacarnya yang rela datang dari Surabaya menggunakan sepeda motor. Entahlah, aku tak tahu mereka berdua pergi kemana. Sedangkan Betty, karena ia tinggal dan besar di Medan ia belum pernah merasakan bermain di Jatim Park 1 hari ini sudah berencena untuk kesana dengan teman-temannya, dan itu menyisakan aku dan Aini yang tidak memiliki rencana apapun akhirnya tinggal dan menjaga rumah penginapan ini.
Tak mungkin kan aku meninggalkan Aini sendirian di rumah penginapan yang sudah cukup kosong dan lengang ini.
"Semoga saja salah satu dari mereka pulang setidaknya saat maghrib," kata Aini tenang.
"Atau aku bisa menunggu kamu Ai sampai salah satu dari mereka pulang," kataku meyakinkan Aini dengan nada yang tenang pula.
"Jangan San,"
"Ndak apa Ai, lagipula aku sama Mas Basuki juga santai kok." Kali ini aku mencoba blus warna biru langit dan sepertinya ini bakal lebih cocok dipakai untuk keluar nanti.
"Jangan Sandy, nanti kalau teman-teman tau kamu beneran kencan dengan Mas Basuki kamu yang akan dapat masalah, dan malah jadi gunjingan satu angkatan." Aini yang tadi terdengar tenang kini mencegahku dengan gigih.
"Eh, Kencan?"
"Kenapa?"