Dear, Script

Singkat Cerita
Chapter #13

Chapter #13

Aku malu setengah mati selama perjalanan pulang. sakin merasa malunya sampai-sampai aku tidak bisa tidur dan memilih membenamkan wajahku di jendela saja. Sementara itu Bapak dan Ibu hanya cekikikan di kursi belakang mobil sambil sesekali menjawil lenganku seperti menggoda anak kecil yang terjebak dengan cinta monyetnya. Perjalanan pulang ini dihiasi penuh oleh suasana aneh yang kikuk antara Aku dan Dokter Kelvin.

Aku sesekali sambil menahan maluku melirik ke arah Dokter Kelvin yang sedang serius menyetir. Wajah tampannya itu semakin terlihat tampan waktu dia tersenyum. Tapi, aku tak semudah itu untuk luluh ketika melihat wajah yang tampan, bagaimanapun juga Dokter Kelvin sudah mempermainkanku kemarin dan itu membuat rasa kesalku masih berbekas hingga pagi ini.

Aku sampai rumah kurang lebih pukul 11.00 siang. Kubongkar bagasi mobil Bapak untuk mengeluarkan seluruh barangku. Mulai dari koper, tas jinjing yang berisi pakaian kotor, hingga tas kecil yang isinya adalah peralatan mandiku. Dari arah samping mobil terlihat Dokter Kelvin berjalan menghampiriku lalu menggeret koperku ke dalam. Kususul langkah kaki Dokter Kelvin dengan tergopoh-gopoh.

"Dokter, saya bisa bawa koper ini sendiri," kataku seraya meraih koper yang dibawa Dokter Kelvin.

"Oh, oke silakan Sandy." Dokter Kelvin langsung melepas genggamannya pada koper itu dan memberikannya padaku. Ia lalu melenggang masuk ke dalam rumah.

Hah, kupikir Dokter Kelvin akan bersikeras melakukannya seperti saat mencari obat tadi. Eh, ternyata tidak, ya. Ia melepaskan koperku dengan mudah dan langsung masuk ke dalam rumah menyusul Bapak dan Ibu yang sudah masuk lebih dahulu. Reaksi Dokter Kelvin benar-benar tidak sesuai dengan dugaanku. Ternyata Dokter Kelvin orang yang cukup sulit ditebak.

Kugeret koper besarku dengan sekuat tenaga sambil menjinjing tas kecil peralatan mandiku dan kuletakkannya di kamarku. Lalu aku buru-buru kembali ke belakang mobil untuk mengambil tas jinjing yang berisi pakaian kotor dan kuletakkan di keranjang baju kotor.

Aku melewati ruang tamu yang saat ini satu kursinya telah diduduki oleh Dokter Kelvin dan Ibu, sedangkan Bapak sepertinya langsung istirahat terlebih dahulu di kamar. Karena wajahnya yang pucat terkena angin pagi pasti membuat tubuhnya lemas.

Aku buru-buru melenggang menuju kamar untuk ganti baju dan merebahkan diriku. Saat kurebahkan diriku, Ibu berteriak memanggilku dan memintaku untuk datang menghampirinya.

"Iya, ada apa Bu?"

"Sini, Duduk sebelahnya Ibu sini Dek," kata ibu sambil menepuk-nepuk kursi sofa di sebelahnya.

Aku terdiam dan hanya menuruti permintaan Ibu untuk duduk di sebelahnya.

Lihat selengkapnya