Usai minggu yang melelahkan itu aku harus melanjutkan perjalanan PKL ku kembali selama 2 minggu. Kali ini aku PKL di rumah sakit swasta yang ada di Ubud, Bali. Di sana Aku dan teman-teman diberi wawasan baru mengenai administrasi pasien rumah sakit warga lokal maupun warga negara asing. Sesekali aku dan teman-temanku diajak mengikuti Baksos di aula atau di pelataran yang ada di luar Pura ketika ada upacara pada hari-hari penting, setidaknya satu minggu sekali baksos dilaksanakan dan ada pelayanan periksa gratis bahkan ada juga pelayanan terapis gratis oleh klinik pelayanan kesehatan tradisional.
Aku berasal dari jurusan kesehatan tradisional, meskipun sudah beberapa kali aku mengikuti baksos dan pelayanan di masyarakat, tapi baru kali ini aku memberi layanan terapi dengan orang Bali. Kadang ketika aku mendapat seorang pasien yang umurnya sudah lebih tua, aku akan merasa kesulitan berkomunikasi karena aku tidak cukup mahir dan bahkan tidak bisa berbahasa Bali. Jika sudah seperti ini aku dan teman-temanku akan menyerahkan tanggung jawab ini kepada pembimbing PKL kami karena kalau tidak kami mungkin bisa salah dalam memberi terapi.
"Psst ... Sandy, cowok yang itu manis manis dan juga ganteng ya...." Betty berbisik kepadaku seraya menjadi lenganku dan melirik salah seorang lelaki yang ia maksud.
Ia menunjuk salah satu tenaga kesehatan lainnya yang tidak aku ketahui tugasnya. Apakah dia perawat, dokter, ataupun apoteker. Tapi kuakui, betul kata Betty bahwa dia cukup manis dan juga tampan.
Setelah baksos selesai, aku dan teman-teman dipersilakan istirahat dan diberi hidangan. Sesaat sebelum makan, kepala desa yang bertanggung jawab mengetahui beberapa dari kami muslim. Maka dari itu beliau bersikeras untuk mencari makanan halal.
Sekali lagi, Bali tidak hanya memiliki alam yang indah. Penduduk lokalnya juga diindahkan oleh sikap toleransi yang tinggi. Hal ini membuatku tak berhenti terkagum-kagum pada mereka yang peduli dengan hal-hal kecil seperti itu.
"Masya Allah, mereka betul-betul memperhatikan kita ya." Aini sesekali berdecak kagum tak henti-hentinya ia memperhatikan bapak kepala desa yang dari tadi mondar-mandir demi mencari makanan halal.
Aku dan teman-teman yang tak bisa memakan babi dihidangkan dengan kuliner khas Bali yaitu Ayam Betutu dan tempe goreng lengkap dengan Sambal Matah.
"Jadi begini ya rasanya Ayam Betutu yang asli banget dari Bali." Kataku sambil menyendokkan makananku dengan lahap.
Teman-temanku mengangguk setuju mendengar perkataanku barusan.
Sekarang aku tidak heran mengapa Bali selalu menjadi destinasi wisata yang minimal sekali dalam seumur hidup harus dikunjungi dan di sini pula urusan skripsi terasa cukup tidak menjengkelkan. Karena aku dan teman-temanku kadang-kadang diberi waktu khusus untuk menyicil dan mengerjakan skripsi kita. Pokoknya hari-hari yang kulalui di Bali terasa lebih singkat dari dugaanku. Mungkin bisa jadi karena aku menikmati setiap harinya. Yah, pokoknya cukup untuk dikatakan liburan.
***
"Nggak terasa ya, tahu-tahu kita sudah naik kapal aja dan menyeberang pulang ke Jawa. "Violet yang berjalan bersanding denganku di badan samping kapal sembari mencari kursi duduk merasa sayang atas kepulangan kita yang terasa begitu cepat tidak