Dear, Script

Singkat Cerita
Chapter #15

Chapter #15

Mobil bapak kini mulai menyusuri Jalan Surabaya yang seperti biasa. Cukup padat, tapi masih bisa berjalan karena hari ini adalah hari Minggu.

Keramaian mulai semakin terlihat ketika mobil melalui Kebun Binatang Surabaya. Maklum, karena hari ini adalah hari Minggu. Hari di mana orang tua umumnya akan menghabiskan waktu luangnya bersama anaknya. Meskipun keramaian terlihat semakin jelas dan matahari semakin terik, tak membuat suasana di dalam mobil menjadi ramai dan juga hangat.

Aku dan Dokter Kelvin seperti terjebak dalam situasi musim dingin yang tampaknya indah dan putih, tapi ketika berada ditengahnya rasa tak nyaman membuat tubuh ini lama-lama menjadi kaku. Bahkan rasanya seperti ada dinding es yang berdiri di tengah-tengah tempat duduk kami dan tak tahu kapan akan cair. Apakah musim dingin ini menyeruak karena hanya ada kita berdua di dalam mobil ini? Atau mungkin saja dia lapar dan menahannya makanya ia tak kunjung membuka suaranya.

Aku yang duduk di sampingnya juga terdiam dan sesekali menoleh padanya yang tampak sangat fokus mengendarai mobil.

"Ekhem ..." Untuk pertama kalinya beberapa saat setelah mobil ini terasa kosong tiba-tiba Dokter Kelvin akhirnya berdeham dengan suara yang berat.

"Ada apa Dok?"

"Saya minta tolong ambilkan air minum di kantong pintumu boleh Sandy?" Suaranya yang biasanya terdengar dingin dan tegas saat mengajar di kelas itu kini terdengar tidak sedingin dinding es batu yang berdiri secara tak kasat mata diantara kami. Suaranya malah terkesan lembut.

"Oke ...." jawabku langsung dan mulai kurogoh kantong pintu di sebelahku menuruti apa katanya.

Setelah lama Aku mencari minum dan ketemu, langsung saja kusodorkan padanya segelas air putih yang memang disediakan di dalam mobil padanya. Tapi, Dokter Kelvin tampak lebih aneh dari mukanya yang kaku beberapa menit lalu. Ujung telinganya kini terlihat memerah. Seperti isian buah delima yang mulai matang, warnanya merah merona dan perlahan menjadi merah sempurna.

"Dok ... telinga Dokter kenapa kok bisa berwarna merah seperti itu? Apa dokter perlu sesuatu? Atau ac-nya kurang dingin?" Berbagai macam pertanyaan panjang tanpa sadar keluar dari mulutku persis seperti gerbong kereta api yang melaju di perlintasan.

Tangan kiriku akhirnya juga ikut ambil bagian dalam memegang gelas minumnya, lalu tangan kananku segera kutempelkan pada dahi Dokter Kelvin. Aku takut barangkali Ia terkena demam.

"T ... Tolong beri saya minum saja Sandy," jawab Dokter Kelvin dengan wajah yang tampak terkejut sambil mengerem mobil ini dengan perlahan karena lampu merah.

Lihat selengkapnya