Aku mengerjapkan mataku berkali-kali sambil mencerna keberadaanku saat ini. Kupersiapkan mataku seraya sedang menangkap cahaya lalu Aku menoleh ke kiri dan di sana ada bangunan yang terasa akrab denganku, saat aku mengedarkan pandanganku ke sebelah kanan Aku cukup terkejut karena ada Dokter Kelvin yang sibuk dengan ponselnya.
"Udah sampai rumah kan ini Dok?" tanyaku bingung.
Sambil mengangguk Dokter Kelvin menoleh ke arahku dan tampak agak terkejut saat tahu aku sudah bangun.
"Eh ... udah bangun?" Ia lalu meletakkan ponselnya.
"Kok saya nggak dibangunin Dok? Apa saya ketiduran lama di sini?" tanyaku lagi Seraya melepas sabuk pengaman dan bersiap untuk keluar.
"Nggak kok, kamu ketiduran di sini kurang lebih 15 menitan. Saya sengaja nggak bangunin kamu karena kamu terlihat capek sekali. Oh ya, tenang saja saya sudah hubungi Ibu supaya mereka tidak khawatir." Sambil mengecek jam tangan, Dokter Kelvin menjawab pertanyaanku seolah menenangkanku.
Dokter Kelvin Juga ikut keluar seraya mengikuti langkahku yang keluar, dan membuka bagasi belakang. Satu persatu barangku yang jauh dari kata ringan itu dikeluarkan olehnya. Sementara aku langsung meraih barang yang dikeluarkan oleh Dokter Kelvin.
"Bisa bawa sendiri?" Tanyanya lembut.
Aku hanya membalas mengangguk dan menggeret barangku yang tak lain dan tak bukan adalah koperku yang cukup besar. Masuk ke rumah melewati ruang tamu dan berakhir di kamarku.
Saat aku keluar dari kamar, aku lihat ibu menatapku dengan lembut dan menghampiriku sambil memelukku erat-erat.
"Akhirnya Adik datang juga, Gimana perjalanannya di Bali? Terasa seperti liburan nggak?" tanya ibu.
Aku mengangguk lemas, "tapi rasanya beda Bu, kadang memang kerasa seperti liburan sih apalagi waktu Baksos keluar titik tapi, sisanya aku merevisi draft proposal skripsiku tiap malam bu, dan bukan cuma aku, teman-temanku hampir semua juga begitu Bu. Ada yang besok Selasa mulai maju sempro."
Ibu hanya mengangguk takzim mendengar ceritaku sambil tersenyum kecil. Ia tampaknya tahu rasa pusing tapi kadang juga menyenangkan yang kurasakan sekarang.
"Yang penting, kamu dapat pengalaman di sana dan bisa kembali dengan selamat dan dengan sehat. Oh ya kalau udah selesai mindahin barang, makan dulu ya sebelum istirahat di kamar. Dokter Kelvin diajak makan juga ya Dek," kata Ibu seraya melepas pelukannya dan menepuk pundakku.
Aku melakukan sisa pemindahan barang dibantu oleh Dokter Kelvin. Bapak tak bisa membantuku karena ia baru tertidur, seperti kata ibu kalau bapak agak tidak enak badan hari ini.
"Ternyata barangku berat banget!" ratapku dalam hati sambil berjalan menuju meja makan.