Pagi itu ketika memasuki kelas, aku melihat banyak temanku sedang sibuk melakukan aktifitas menyalin PR di bukunya. Aku menghela napas, pasti sebentar lagi buku catatanku juga akan kena pinjam. Malas banget sumpah! Kalau bisa, aku ingin sekali menonjok mereka yang seenaknya nyontek PR ku dan tidak mau usaha sendiri.
Aku baru saja mau duduk bersantai, sebelum suara melengking seseorang yang terdengar familiar itu memasuki gendang telingaku.
"RA, RARA! GUE PUNYA KABAR BARU! HOT NEWS!" Ucap cewek itu menggebu, langsung duduk di sebelahku dan memiringkan badan.
Aku mendengus, kemudian memutar bola mata menatapnya. "Ngapa dah? Palingan mau pinjem PR kan ya?" Aku menyindirnya terang-terangan.
Hampir setiap hari cewek gesrek yang menjadi teman sebangku ku itu meminjam buku catatanku untuk menyalin PR. Apalagi hari ini Rania datang sepagi ini, aku yakin pasti dia belum mengerjakan PR dan baru mau mengerjakannya sekarang.
Aku heran bagaimana bisa berteman dengan cewek yang terkenal dengan mulut cerewetnya ini, berbanding terbalik dengan aku yang kalem dan lebih suka diam daripada mengoceh panjang lebar.
"Ih bukan Faradella, bukan PR ...." Rania kedengaran frustasi. Dia menghirup napas dalam-dalam sebelum menatapku. "Ini itu berita penting!" Lanjutnya, masih berusaha sabar. Meskipun di telingaku kedengarannya dia masih panas.
"Ih apa sih? Berita apaan? Cogan sebelah?"
Rania langsung menutup mulutku, dia sempat menoleh ke sekitar sebelum kemudian berbisik tepat di telingaku. "Bukan cuma itu, ini lebih parah."
Aku masih mengerutkan kening tak paham. Kembali menatap Rania dengan pandangan seolah meminta penjelasan.
"Lo tahu nggak Ra? Gue punya dua berita penting. Pertama, berita yang berhubungan sama lo. Kedua, berita yang gak ada hubungannya sama lo. Lo pilih yang mana?" tanya Rania sembari menaik turunkan kedua alisnya. "Tapi saran gue, lebih baik berita kedua aja dulu, karena berita pertama bakal bikin lo syok parah," lanjutnya dengan nada sok misterius.
"Yaudah, berita kedua apaan?"
Rania segera menggeser kursi bersama tubuhnya lebih mendekat lagi ke arahku. "Gue habis lewat dari kantor dan nggak sengaja dengar kalau nanti di kelas kita bakal kedatangan murid baru," ujar Rania histeris, masih heboh sendiri.
Aku nggak peduli.
"Ya terus?"
"Ya gak papa sih, tapi murid baru itu cowok dan dia ganteng banget. Mau deh sebangku sama dia," katanya tidak sadar, membuatku melotot menatapnya.
"Heh Rania! Teman sebangku kamu kan aku. Kamu tega ninggalin aku sendirian?" Aku sudah bersungut-sungut menatap cewek itu yang masih diam dengan mengerucutkan bibirnya.
"Hih Riniyi! Timin sibingki kimi kin iki. Kimi tigi ninggilin iki sindiriin?" Tiru Rania, langsung saja aku hadiahi cubitan di pinggangnya.
"Aw-aw, ish!" Cewek itu mengaduh kesakitan dan hampir saja mengumpat, lalu menatapku tajam.
"Huh, berita pertama apa? Bentar lagi bel tahu," potongku begitu saja. Malas banget kalau harus dengerin teriakan Rania saat lagi marah begitu.
Cewek itu menghirup napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Rania emang gak jelas jadi maklumin aja kelakuannya yang kadang absurd itu. Sekarang Rania mengalihkan pandang, menatapku dengan tatapan horor. Aku yang melihat itu tentu membuatku bertanya-tanya.
"Ada apa, Ran?" Perasaanku mulai nggak enak. Beneran deh! Tiap Rania menatapku begitu pasti ada sesuatu yang nggak beres.
"Cowok-cowok yang biasanya duduk di tangga dan yang lo bilang katanya selalu merhatiin kita. Lo tahu mereka siapa?" Aku menggeleng sebagai jawaban. "Mereka Kakak kelas, kelas 12 IIS 2. Mereka geng nya kak Alder."
Aku sedikit memiringkan kepala dengan alis terangkat, menatapnya heran. "Kak Al-der, siapa?"
Rania menaruh telunjuknya di atas bibir kenyuruhku diam.
"Jangan ngomong keras-keras, Rara!"
Cewek itu kembali mengawasi sekitar kemudian membenarkan letak duduknya. "Namanya Alderyan, bos gengnya anak-anak nakal yang paling ditakuti di sekolah, sekaligus most wantednya SMA Pelita," ujar Rania dengan suara pelan seperti berbisik, namun garis wajahnya dibuat se-serius mungkin dengan mata memicing.
Aku terperangah. Apa mungkin sosok Alder yang dibilang cowok yang paling ditakuti satu sekolah itu yang telah menolongku?
Aku mengerjap berusaha menguasai raut wajah, lalu menatap gadis itu dengan garis wajah yang kaku. "Terus apa hubungannya sama gue?"
"Lo tahu siapa yang bawa lo ke UKS? Dia Alderyan most wantednya sekolah! Di gendong depan cuyy ...!"
Ini sih bukan cuma Rania saja yang heboh, aku pun hanya bisa melongo kali ini mencoba memahami keadaan. Memang benar, jadi Alder yang telah membawaku ke UKS kemarin.