Ketukan palu dari Hakim Ketua menjadi pukulan telak yang menghancurkan harapan Pilar Cakra Yodha. Hatinya nyeri melihat Sandra, ibunya, menangis tersengguk-sengguk. Dia menahan air mata saat ayahnya mengajak keluar dari ruang persidangan, menuju parkiran.
Meski peraturan perundang-undangan di Indonesia menyatakan bahwa setelah berusia dua belas tahun, anak bebas memilih ikut Ayah atau ibunya, Majelis Hakim memutuskan hak asuh atas Yodha jatuh pada Wirawan, ayahnya.
Di parkiran, Wirawan menyalakan mobil, tapi tiba-tiba Yodha melepas sabuk pengaman, membuka pintu, dan berlari keluar.
“Mau ke mana, Yo?!” hardik Wirawan.
Yodha mengabaikan seruan Wirawan. Dia berlari menghampiri Sandra.
“Mama!” Yodha memeluk Sandra. Tangisnya langsung pecah.
Langit cerah siang ini terlalu kontras dengan mendung yang menggelayuti hati Yodha dan Sandra. Sepasang mata Yodha tampak merah dan basah. Sandra menangkup wajahnya. Air mata tak henti-hentinya mengalir, menggantikan kata-kata yang seharusnya diucapkan. Sandra mengecup kedua pipi dan keningnya.
“Aku sayang Mama,” Suara Yodha tercekat oleh isak tangis.
“Mama juga sayang kamu. Kamu tetap kesayangan Mama,” timpal Sandra, andai bisa melawan putusan pengadilan, dia tidak ingin berpisah dari Yodha.
Percuma saja mengajukan banding. Sandra tahu Wirawan lebih berkuasa, baik secara materi maupun relasi. Sudah pasti dia akan. Setidaknya, Sandra tahu bahwa Wirawan sangat menyayangi Yodha dan akan merawatnya dengan baik.
“Yodha!” seru Wirawan, menghampiri. Sepasang mata di balik kacamata minusnya menyiratkan emosi.
Yodha beringsut mencari perlindungan di balik punggung Sandra, padahal tubuhnya jauh lebih besar dan tinggi. “Aku mau ikut Mama!” ucapnya saat Wirawan berdiri di hadapan mereka. Tangannya memegang erat Sandra.
“Kita pulang sekarang. Mamamu bisa kena masalah kalau enggak mengikuti perintah pengadilan.” Ujaran Wirawan itu seolah menegaskan bahwa dirinya berkuasa penuh atas Yodha.
Sandra tidak bisa membawa Yodha tanpa izin dari Wirawan. Dia berbalik dan menatap Yodha dengan mata sembabnya, berusaha membujuk, “Sayang, percaya sama Mama. Kita akan baik-baik aja. Kamu ikut Papa dulu. Kita masih bisa bertemu.”
Yondha ingin menolak, tapi tidak mau ibunya terkena masalah. Sekarang dia hanya bisa menuruti perintah pengadilan. Beberapa tahun lagi, saat usianya sudah dewasa di mata hukum, dia akan tinggal bersama ibunya.
***
Belum genap satu tahun bercerai dari Sandra, Wirawan menikah lagi dengan Miranda yang sempat bekerja sebagai asisten pribadinya. Pada hari pernikahannya, Yodha mengurung diri di kamar. Dia marah karena tidak diizinkan bertemu Sandra sekali pun. Hari ini, Wirawan memboyong istri baru dan anak tirinya ke rumah meskipun tahu bahwa Yodha keberatan.
“Mira, Kamu enggak perlu sungkan sama Yodha. Anak itu cuma perlu waktu,” ujar Wirawan sambil fokus mengemudikan mobil.