Dear, Sweet Hurt

Lovaerina
Chapter #6

Bab 5

“Mas, Bapak kan enggak kasih izin ke sekolah bawa motor.” Hendra mengingatkan saat Yodha mengeluarkan motornya dari garasi.

“Papa lagi enggak ada. Kalo Mang Hendra enggak ngadu, Papa enggak bakal tau,” elak Yodha mengabaikan peringatan itu.

“Tapi, Mas…” Ucapan Hendra tidak selesai karena Shanaya tiba-tiba muncul..

“Mang Hendra anterin aja noh si Tukang Caper!” timpal Yodha ketus, lalu memasang helm dan langsung tancap gas. 

Shanaya mengernyitkan kening. Pagi-pagi begini sudah mendapat semburan pahit dari Yodha. Untung saja dia bertekad untuk tidak ambil pusing lagi. Terserah Yodha mau bilang apa, Shanaya masa bodoh.

“Non Naya mau berangkat sekarang?” tanya Hendra sopan. “Ayo, Mamang,” katanya sambil membuka pintu mobil.

“Aku udah order ojol, Mang. Sebentar lagi datang,” tolak Shanaya, bertepatan dengan berhentinya sebuah motor. Dia lalu berpamitan pada Hendra yang pasrah. 

Perjalanan ke sekolah jauh lebih cepat dengan motor dibandingkan naik mobil. Kurang dari tiga puluh menit, Shanaya sudah sampai di sekolah. 

“Naya!” Zarry memanggil saat Shanaya membayar ongkos ojek. 

“kamu enggak bawa motor?” tanya Shanaya melihat Zarry yang berlari ngos-ngosan. 

“Aku naik angkot. Biar kita bisa pulang bareng,” timpal Zarry, tersenyum memamerkan sepasamg cekungan di pipinya. 

Shanaya hanya tersenyum canggung. Mereka lalu berjalan menuju kelas. Dari sekian banyak teman di kelas, Shanaya paling cocok dengan Zarry karena dia. Shanaya memang lebih mudah akrab dengan murid cowok. Menurutnya tidak banyak drama.

***

Suasana kantin ramai. Banyak murid asik mengobrol sambil menikmati makan siang. Suara kipas angin di setiap tiang ikut meramaikan kegaduhan. Zarry dan Shanaya sedang duduk berhadapan, tiba-tiba Orion dan Kenzie di sebelah kanan dan kiri Shanay. Sedangkan Yodha di sebelah Zarry. 

“Berduaan mulu, nih? Kalian pacaran?” tanya Orion. 

“Lah kalian bertiga mulu. Kayak Powerpuff Girls,” timpal Zarry mencibir.

“Kita laki!” hardik Kenzie, tangan kanannya nyaris memukul kepala Zarry, tapi tidak jadi karena Shanaya mendelik padanya. “Daripada sama dia, mending jadi pacar gue aja.” Kedua alis Kenzie naik turun. 

“Kucing garong! Pacar lo tuh urusin!” sela Orion. 

Shanaya tersenyum kecut, berada di tenagh Orion dan Kenzie yang terus ribut. 

Orion merapikan kerah seragamnya, menyusuri alis kanan dengan jempol, dan berkata, “Mending sama gue aja, Nay. Available!” 

Yodha berdecak keras. “Ngapain pada berebut, sih?” Matanya memicing ke arah Shanaya. “Udah pendek. Pipi bulet. Bantet. Kayak enggak ada cewek lain aja.”

Lihat selengkapnya