Ini adalah kisah yang panjang tentang pacar pertama. Kisah yang terus aku ceritakan. Apakah ini kisah favoritku sehingga aku tak ingin ini berakhir dengan cepat? Apakah ini kisah paling berkesan sehingga aku terus menceritakan ini berulang-ulang? Ini kali terakhir aku akan menceritakan kisah ini.
If this is all about leaving
I guess I’m good as you are
But maybe I’m just a slow walker
Buku: You(s) karya Madina
Saat masih di bangku sekolah SMA, aku pernah berharap ingin memiliki kisah seperti buku-buku teenlit yang sering aku baca. Bagaimana rasanya jatuh cinta dan memiliki kekasih. Saat itu, aku masih seorang anak yang baru menginjak masa SMA. Kisah ini bermula tahun 2010. Aku masih ingat, dia sosok yang menarik perhatianku saat kali pertama melihatnya berjalan dilapangan sekolah kami. Terbersit dalam hatiku, “Aku harap kami bisa satu kelas.” Beruntungnya harapanku dikabulkan.
Aku pikir hanya aku yang menganggap dia bersinar dan menarik, ternyata dugaanku salah. Aku adalah satu dari sekian banyak orang yang tersihir akan pesonanya. Saat mengetahui kami satu kelas, dia yang akan aku sebut Edward, ternyata keberuntunganku tidak hanya sampai di situ.Ternyata tempat duduk kami bersebelahan, dia ada disebelahku secara tidak langsung. Edward di kolom pertama, aku di kolom kedua, kami satu baris, baris kedua dari belakang.
Saat itu, masa dimana aku ingin memperjuangkan cintaku. Jika aku mencintai sesuatu aku ingin mengungkapkannya, ingin memilikinya, ingin Edward tahu aku menyukainya. Aku tidak ingin menjalani cinta dalam diam, yang diam-diam memandang dari jauh. Aku tidak ingin memiliki kisah cinta seperti itu.
Keinginan menuntut harga untuk dibayar, atau bisa aku bilang keinginan butuh perjuangan. Aku teringat untuk mendapatkan cinta Edward aku mengorbankan banyak air mata. Edward yang aku dambakan dan seolah-olah memiliki perasaan padaku. Ternyata dia menjadi kekasih wanita lain. Wanita itu, tak lain dan tak bukan adalah teman satu kelas kami, wanita itu bukan aku. Jika sekarang aku pikir-pikir, jujur itu berat, melihat yang kita inginkan tak termiliki, orang lain melabeli itu miliknya bukan milikku. Melihat mereka bersama di depan mataku. Sungguh itu ujian yang berat aku tidak bohong. Aku menangis tersedu-sedu setiap hari selama dua minggu, sedih Edward termiliki oleh orang lain. Aku gagal dalam mencapai keinginanku.
Melihat mereka bersama setiap hari sungguh hal yang menyesakkan dada. Aku sempat berpikir, jadi begini rasanya menjadi second lead, tokoh kedua dalam cerita. Saat itu kami masih pertengahan semester pertama kelas X, masih ada sembilan bulan untuk melihat semua adegan manis mereka. Sembari berdoa jika kami naik kelas XII, semoga takdir tak sekejam itu menempatkan kami kembali dalam satu kelas. Akumasih ingat betul saat melihat mereka berjalan berdua saja. Aku yang melihat adegan itu dari jauh. Aku berpaling dan bergegas bersembunyi, aku tidak tahu mengapa melakukan itu. Mungkin aku tidak ingin terlihat menyedihkan, melihat mereka dengan tatapan nanar, mendamba jika posisi wanita itu yang aku tempati.Orang-orang menganggapku sebagai korban. Wanita itu sebagai perebut cintaku. Sekarang, saat aku memikirkannya betapa aku ingin sekali dilihat sebagai korban, aku menikmati simpati orang lain. Saat itu aku belum paham dengan kalimat “Apapun yang ditakdirkan untukmu tak akan melewatimu” dan “Jika memang ditakdirkan untukmu maka akan dipermudah”.
Pernah tidak kalian memiliki lagu yang mewakili perasaan kalian saat bersedih? Lagu yang membuat kalian teriris tanpa berdarah. Aku menyanyikan banyak lagu sedih yang semuanya aku tujukkan hanya untuk Edward. Ada kalanya lagu-lagu tersebut terputar secara tak sengaja via Spotify, dan membawa ingatan akan perasaan yang dulu pernah aku rasakan. Ada lagu “Apa Salahku” oleh d’Masiv. Lagu ini pernah terputar di akun Spotify-ku, saat musim panas tahun 2020. Saat itu, aku ingat sedang menghabiskan waktu di pinggir pantai selepas bekerja bersama teman-temanku. Lagu itu mengalun membawa ingatanku pada perasaan yang aku letakkan dalam lagu itu.
Apa salahku? Kau buat begini
Kau tarik ulur hatiku hingga sakit yang ‘ku rasa
Apa memang ini yang kamu inginkan?
Tak ada sedikitpun niat ‘tuk serius kepadaku
Katakan yang sebenarnya
Jangan mau tak mau seperti ini
Sebenarnya kisahku dan Edward tidak selesai sampai di sini, ketika masuk semester 2 kelas X tahun 2011 semuanya berubah. Kisah yang aku pikir awalnya tragis, berubah 360 derajat. Saat itu bulan Januari 2011. Kabar Edward dan wanita itu telah berpisah tersebar. Edward kembali padaku meminta kesempatan untuk bisa bersamaku. Aku meminta pendapat Isa apakah aku harus memberi Edward kesempatan lagi atau tidak. Isa menyarankanku untuk melakukan hal yang ingin aku lakukan. Sepertinya saat itu ada ambisi yang berperan bukan hanya tentang ingin mencintai dan dicintai. Sebenarnya dari tahun 2013-2018 aku menyesali keputusanku saat itu, keputusanku memberikan Edward kesempatan. Tapi lambat laun aku sadar, bahwa memang seperti ini yang harus terjadi. Aku mulai bisa menerima semuanya apa adanya.
Sejak januari 2011 hingga Maret 2011, kami mulai dekat kembali. Edward menyatakan perasaannya padaku di hari ulang tahunku bulan Maret 2011. Pada saat itu adalah ulang tahunku yang ke 16 tahun. Semua orang berpikir itu adalah hal yang romantis, saat itu aku juga berpikir demikian.Tahun-tahun selanjutnya, aku merasa ini siksaan.
Berpacaran ternyata bukan hal yang mudah, terlalu banyak perasaan baru yang muncul. Hubungan kami yang awalnya manis berubah menjadi pahit, mungkin bisa aku golongkan toxic relationship. Tahun 2011 aku belum tahu apa itu toxic relationship. Jika mendapatkan cintanya penuh derai air mata, mempertahankan cintanya juga ujian yang sangat berat. Sebenarnya hubungan kami selama 2011-2012 penuh dengan putus nyambung. Aku tidak bisa menceritakan kisah kami secara detail karena sebagian besar adalah aib. Saat itu, mudah sekali bagiku untuk meminta putus dan kemudian mengajak balikan. Hal-hal kecil menjadi alasan kami bertengkar. Aku merasa menjadi wanita jahat yang menyakitinya. Aku merasa berubah menjadi orang lain. Aku bukanlah aku. Aku kehilangan siapa diriku karena mencintainya.
More than anything
I want to save you
From myself
Buku: Milk and Honey karya Rupi Kaur
Tapi sebenarnya masalah kami adalah fakta bahwa pacaran adalah dosa. Pacaran adalah hal yang harusnya tak kami lakukan. Fakta itu menggerogoti hati nuraniku. Butuh waktu lama untukku benar-benar memutuskan bahwa kami harus berpisah dan meyakini kebenaran bahwa hubungan kami tak akan berhasil. Aku masih ingat tanggal berapa aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengannya, tanggal 2 September 2012.
I didn’t leave because
I stopped loving you
I left because the longer
I stayed the less
I loved myself
Buku: Milk and Honey karya Rupi Kaur