Kita gak bisa milih mau dilahirkan di keluarga mana dan kejadian apa yang akan terjadi di hidup kita, tapi kita bisa memilih bagaimana respon kita terhadap apa yang terjadi
**
Lima bulan berlalu, Sam tidak terlalu sering menghubungi Radinka karena kesibukannya di kantor yang membuatnya harus fokus dengan satu hal. Biasa, pria sulit untuk membagi fokusnya apalagi hanya masa pendekatan, Radinka masih belum menjadi prioritasnya saat ini.
[Dek, mau main tebak-tebakan?]
Radinka mengerjapkan matanya berkali-kali, sulit untuk dipercaya kalau Sam senang banget kasih dia tebak-tebakan. Beberapa bulan pendekatan dengan Sam, hal-hal random lebih banyak didapat oleh Radinka dibandingkan hal-hal yang bisa dia cerna dengan baik.
[Gak]
Jawaban singkat Radinka membuat Sam mengernyitkan dahinya dan kemudian tersenyum. Seperti biasanya, jawaban Radinka yang dingin benar-benar tak membuatnya merasa kesal atau menyerah.
Tahu sendiri, ‘kan orang Medan? Ya, pantang menyerah kalau belum dapat apa yang dia inginkan. Perjuangannya mendapatkan Radinka juga bukan hal mudah untuk Sam. Sam yang sebenarnya tidak suka bermedia sosial harus meluangkan lebih banyak waktu untuk chat dengan Radinka.
[Ikan, ikan apa yang bisa nyanyi?]
[Apaan sih? Aku ga mau main tebak-tebakan]
[Jawab aja dulu]
[Gak tahulah]
[Nyerah, nih?]
Radinka menghela napas pelan, ini manusia memang benar-benar membuat emosi Radinka naik turun. Lagi capek-capeknya nulis, tapi malah dikasih kerjaan mikir oleh Sam.
[Ya, emangnya apaan?]
[Ikang Fauzi. Hahahaha lucu, kan?]
Sam terkekeh membaca tulisannya sendiri, random dan tampak seperti jokes bapak-bapak Facebook yang tebakannya begitu klise.
Radinka tertawa membaca pesan tersebut, meski klise, tapi jawaban Sam membuatnya merasa jauh lebih gembira saat ini. Di tengah-tengah beban hidupnya yang membuat Radinka down, hiburan dari Sam membuatnya merasa bersemangat kembali.