Kepahitan hidup akan terasa manis setelah kita melewati batas akhir ujian dan pencobaan
**
Angin sepoi-sepoi membuat rambut Radinka melambai-lambai. Matanya menyapu jalanan yang berada di hadapannya saat ini sambil menunggu Sam yang sedang berada di sebuah minimarket.
“Nih, es krimnya. Aku kurang tahu kamu suka es krim rasa apa, tapi rasa coklat ga apa-apa, kan?” tanya Sam yang baru saja tiba di samping Radinka mengulurkan es krim pada Radinka.
“Wah, ada es krim coklat! Makasih, ya. Aku suka es krim coklat, kok, tapi tumbenan beliin?” tanya Radinka seraya menerima es krim tersebut dan mulai menjilatnya dengan wajah semringah.
Sam tertawa kecil melihat wajah Radinka yang tampak begitu senang menerima es krim yang menurutnya begitu murah, tapi mampu mengubah wajah Radinka yang murung menjadi ceria kembali.
Rasanya, Radinka yang bahagia ikut membuat perasaan Sam menjadi tenang dan juga senang melihat perempuannya bahagia.
“Kata orang, es krim bisa buat suasana hati membaik. Jadi, aku beliin biar kamu bisa kembali lagi mood-nya,” kata Sam yang tampak mengelus rambut Radinka. Dia sangat sayang dengan perempuan mungil di sampingnya ini.
“Makasih.” Radinka masih asik melanjutkan menjilat es krim tersebut dengan wajahnya yang begitu gembira.
Sam memerhatikan Radinka dari samping, baginya, Radinka memang gadis yang berbeda daripada mantan-mantannya meski Sam tahu semuanya punya kelebihan dan kekurangan.
Untuk semuanya, Radinka memang sangat jauh jika dibandingkan dengan perempuan yang pernah bersama dengannya. Radinka bukan anak pelayanan alias yang aktif di gereja, malah jauh dari kata aktif tidak seperti mantannya yang super aktif di gereja.
Namun, Radinka bisa membuktikan bahwa dia tidak lebih buruk daripada gadis-gadis yang pernah bersama Sam.
“Kamu tahu gak kenapa kita ga boleh insecure?” tanya Sam yang membuat Radinka menoleh ke arahnya kemudian menggeleng cepat.
“Gak tahu, tapi aku ngerasa semua orang pasti punya insecure-nya masing-masing sehingga mustahil kalau harus menghindari itu,” ujar Radinka yang mengutarakan pendapatnya pada Sam.
“Kamu benar. Semua orang pasti punya insecure-nya sendiri, tapi kita sebagai anak-anak Tuhan ga boleh ngerasa minder atau rendah diri karena apa? Karena kepahitan hidup akan terasa manis setelah kita melewati batas akhir ujian dan pencobaan.” Sam menasihati Radinka sekali lagi karena dia dapat merasakan betapa kepercayaan diri Radinka sangat rendah saat ini.