Semua orang berlomba-lomba menutupi masalahnya dari orang yang dicintai agar semuanya tampak normal
**
Masalah demi masalah seolah menghantam hidup Radinka, Radinka semakin merasa bahwa dirinya akan menjadi beban untuk kehidupan Sam di masa yang akan datang. Namun, dia tetap berusaha mengurungkan niat berpisah dengan Sam karena apa pun keadaannya, Radinka ingin mulai sekarang yang memutuskan untuk lanjut atau tidak yaitu Sam sendiri karena Radinka tahu apa yang menjadi keputusan Sam adalah yang paling baik.
Sesekali Radinka menghela napas pelan dan dia melihat dirinya di sebuah cermin. Dirinya tampak seperti bunga yang layu sebelum berkembang.
“Benar kata Sam, semangat yang layu sangat terlihat,” ucap Radinka pelan dan kemudian menyisir rambutnya yang sesekali rontok lumayan banyak.
Mata Radinka menatap beberapa helai rambut yang rontok dari kepalanya dan bertanya-tanya di dalam hatinya, “apakah aku boleh bahagia?”
Hidup Radinka biasa-biasa saja, tidak sulit dan tidak mudah juga, tapi kenapa dirinya tidak bisa bahagia? Sedangkan orang-orang di luaran sana yang lebih menderita daripadanya tampak masih bisa tersenyum lebar pada dunia.
Apakah hati Radinka yang kurang bersyukur atau Radinka yang terlalu sering terluka? Radinka menatap dinding-dinding rumahnya yang terasa seperti penjara baginya. Di dalam hidup Radinka, Radinka membangun tembok besar untuk membatasi diri dari semua orang, termasuk orang yang dia cintai karena dia sangat yakin tidak ada yang bisa menerimanya sedemikian rupa seperti dirinya memaklumi semua yang terjadi selama ini.
Semua manusia pasti ada bosannya dan Radinka yakin tidak semua orang mampu bersamanya karena masalah hidupnya yang terus berdatangan tanpa kenal waktu.
“Sam, aku berharap kamu tidak pernah kenal aku. Aku memang butuh bantuan, tapi aku jauh lebih takut kalau kamu tertarik lebih jauh ke kehidupanku yang tak ada warna ini,” kata Radinka kembali mengeluh.
Radinka menghela napas dan membuang rambut rontok yang sejak tadi dia genggam ke tong sampah dan mulai menata rambutnya lagi agar lebih rapi. Hari ini dia ada pertemuan dengan kedua orang tua Sam, rasa gugup, malu dan minder bercampur menjadi satu.
Namun, jika Radinka mengikuti rasa mindernya mungkin dia tidak akan pernah bisa melihat dunia lebih luas lagi. Memaksakan diri keluar dari zona nyaman juga bukanlah hal mudah untuk Radinka.