Aku akan terus berada di samping kamu untuk meyakinkan mereka bahwa kamu layak untuk diperjuangkan
***
“Ma, Pa. Ini Radinka, pacar aku.” Satu kalimat cukup membuat mereka yang berada di meja restoran menatap Radinka secara bersamaan saat suara Sam mengintrupsi.
Semuanya menatap Radinka dalam diam, terutama Lucy yang menatap Radinka terlalu sinis untuk tatapan pertemuan pertama kali.
“Radinka, Tante, Om.” Radinka bersalaman dengan mereka semua yang sedang bersama dengan kedua orang tua Sam.
“Ya, silakan duduk dulu,” kata Siska, ibunya Sam yang tampak lemah lembut, tapi sedikit pendiam. Radinka hanya bisa membalas dengan senyuman dan kemudian duduk di sebelah Sam.
Sam benar-benar merasa senang ketika melihat keluarganya berkumpul dan lagi ada Radinka sekarang. Dia berharap Radinka dan keluarganya bisa akur begitu juga sebaliknya.
Hening sekali tak ada yang bicara sama sekali yang membuat Radinka merasa tak nyaman. Suasana menjadi tak nyaman apalagi dirinya yang tak pintar untuk mencairkan suasana.
Bukan hanya Radinka, tapi Sam yang tahu bagaimana ramainya keluarganya merasa heran dengan keheningan yang terjadi seolah mereka juga tak nyaman dengan keberadaan Radinka.
Sam melirik Radinka yang tampak menunduk sejak tadi.
“Ma, Pa. Bagaimana Radinka, cantik, kan?” tanya Sam yang berusaha untuk mencairkan suasana dengan menanyakan pendapat mereka yang berada di sana.
“Cantiklah, kan perempuan. Kalau ganteng ya cowok. Pengen banget dipuji,” kata Lucy yang terdengar sinis dan membuat Radinka menoleh ke arahnya. Tampak sekali tak menyukai Radinka yang bergabung bersama mereka, makan bersama.
Radinka tak memperlihatkan kesedihannya yang mendapatkan penolakan halus seperti itu, tanpa dia mengatakan pada Sam, seharusnya Sam juga tahu bahwa Radinka ditolak halus oleh keluarganya.
Sam kembali melirik Radinka dan menghela napas pelan. Entah apa yang harus dia lakukan karena ternyata apa yang ditakuti oleh Radinka benar-benar terjadi.