Apapun yang terjadi, pastikan hatimu tidak hambar
***
Lucy masih menimbang-nimbang apa yang harus dia lakukan untuk membantu Sam agar menjadi lebih tenang. Rasanya tidak mungkin jika Lucy malah menghubungi gadis yang tidak dia sukai itu.
"Ah, untuk apa juga Aku mengatakan ini kepada Radinka? Memangnya Apa yang bisa dilakukan oleh Radinka? Abang Sam nggak akan sembuh juga jika ada Radinka," kata Lucy yang masih menatap lekat nomor Radinka yang berada di ponselnya. Nomor hasil mencuri dari ponsel Sam beberapa bulan yang lalu.
Namun, Ria yang melihat gelagat aneh adiknya langsung menghampiri Lucy yang tampak begitu bingung dan gelisah.
"Dek, ada apa?" tanya Ria yang membuat gadis itu langsung menoleh ke arah Ria yang baru saja datang dari kamar Sam.
"Kak, bagaimana menurut kakak tentang Radinka? Selama ini kita semua sudah punya opini tentang Radinka, hanya kakak sendiri yang belum punya opini," kata Lucy yang ingin tahu bagaimana pendapat kakak ketiganya itu.
Ria hanya terdiam dan dia duduk di kasur Lucy yang empuk kemudian menatap Lucy dengan wajah yang begitu teduh.
Dari semuanya, bisa dibilang Ria yang sama bijaksananya dengan Sam dan tidak pernah ikut-ikutan hanya karena opini orang lain.
"Hmm, menurut kakak, Radinka anak yang baik. Dia juga sopan dan memang hanya sedikit pendiam saja, tapi menjadi diam bukanlah sebuah kesalahan, kan?" tanya Ria yang membuat Lucy terdiam.
Mereka berbeda pendapat, kalau Ria lebih fleksibel dan hanya menilai berdasarkan sifat.
Namun, berbeda dengan keluarganya yang menilai orang berdasarkan pendidikan dan juga derajat ekonomi.
"Tapi, Kak... Bukankah akan menjadi bahan omongan jika Abang menikahi gadis seperti Radinka?" tanya Lucy yang mengeryitkan dahi heran dengan apa yang dibicarakan oleh sang adik karena menurutnya keberhasilan pernikahan seseorang berdasarkan hal tersebut.