Dearly

MiiraR
Chapter #2

Funriends

“Lo yakin mereka bakal datang lang?” tanya Defa, kembali memastikan.

“Bakal, tenang aja,” balas Gilang.

“Mau tenang, gimana. Kita udah nunggu lama banget loh ini!!!” gerutu Reva.

Sejak pulang sekolah mereka sudah berkumpul di tempat ini. Di sebuah warung yang memiliki jarak 50 meter dari sekolah.

Kegiatan yang biasa mereka lakukan, adalah ngobrol membawahas tentang pelajaran, crush sambil memesan makanan-makanan sederhana yang di sediakan warung.

“Yaudah sabar aja kenapa,” jawab Gilang lagi.

“Seharusnya, Gavi bisa nolak aja ngga sih?” tanya Dannia.

“Nolak apaan?” tanya Abuy, ketua tim broadcast.

“Maksudnya, tuh kaya dia udah pegang banyak banget nih projek sekalah. masa buat promosi sekolah juga masih dia yang kerjain.”

“Terus tugas sekolah ngapain, kalau semua di lempar ke anak osis, broadcast sama bidang exkul lain,” terus Dannia menjelaskan maksud dari ucapannya.

Selama ini terlalu banyak yang harus di siapkan para siswa. Apalagi mereka sudah masuk tinngkat terakhir. Selain belajar seperti biasa, mereka juga harus mulai menentukan mau di lanjutkan ke mana, mempersiapkan nilai akhir semester, belum lagi menyiapkan festival yang di adakan tiap tahun untuk merayakan ulang tahun sekolah.

Meskipun ini masih awal semester baru, tetap saja hal ini terasa sangat membebaninya.

“Iya juga ya,” balas Gilang, setuju.

Melihat rutinitas Gavi yang padat, menimbulkan rasa khawatir di hati Gilang. Ia selalu tidur larut malam, Setelah pulang sekolah ia perlu mengerjakan banyak hal. Menyiapkan naskah, mengedit dan meninjau ulang, meminta penilaian dari guru yang tak ayal memintanya memulai ulang karena selera yang di milikinya berbeda. Menambah pekerjaan yang harus Gavi kerjakan bertambah berkali-kali lipat. 

“Tapi, kayanya bakal sulit ngga sih nolak semua permintaan itu. Apalagi kalau mereka mintanya langsung depan muka kita,” ujar Naura, menanggapi.

“Itu tuh alesannya, gue ngga mau terlalu dekat-dekat.” 

“Capek tahu nggak” seru Abuy, sebelumnya ia pernah berada di posisi yang sama.

“Datang juga,” ujar Dannia diiringi sebuah senyuman, melihat mobil bertipe toyota camry berwarna putih yang selalu di kendarai Gavi.

Gista, bergerak turun dari mobil kali ini ia terlihat memakai jas sekolah yang berukuran lebih besar dari tubuhnya. Tak lama setelahnya, terlihat Gavi ikut turun dengan hanya memakai seragam sekolah yang hanya di baluti rompi saja.

“Kalian udah makan?” tanya Gavi, kemudian mengambil posisi duduk, ia berada di antara gilang dan gista.

“Udah, tinggal lo aja sama Gista?” ujar Gilang.

Gavi, sejak siang tadi ia belum mengisi apapun perutnya. Begitupun dengan gista, pasti perutnya terasa lapar juga.

Menyadari hal itu, akhirnya membuat tubuh Gavi beranjak, pergi menuju ke tempat pemesanan.

“Hai gis, apa kabar?" tanya Naura, memecah keheningan yang berada di antara teman-temannya.

“Baik,” balas Gista tersenyum sumringah.

Setelah waktu yang cukup lama, ia masih belum bisa meredakan rasa canggung. Sifat pemalu yang di milikinya membuat Gista sulit untuk mengekspresikan apa yang di rasakannya.

Meskipun mereka adalah teman-teman lamanya, namun sulit untuk Gista bisa merasa nyaman setelah sekian lama.

“Santai aja,” ujar Gilang menenangkan.

Lihat selengkapnya