Dearly

MiiraR
Chapter #7

Take a Risk

“Saya Rian, abangnya Gavi,” ujar Rian memperkenalkan diri kepada Dokter.

Kemudian keduanya duduk saling berdampingan dan berhadapan dengan dokter yang menangani Gavi.

Gavi meletakkan kedua lengannya di bawah meja, menyembunyikan rasa gugup yang perlahan muncul.

Kring

Telpon Rian berbunyi, membuat ia harus keluar dari ruangan.

Gavi menelan ludahnya, menyiapkan diri dari segala kemungkinan terburuknya.

“Jadi, bagaimana Dok?” tanya Gavi

“Kita, tunggu abang kamu ya,” ujar Dokter Fita meminta Gavi agar mau menunggu walinya.

“Jangan, terlalu lama. Biar nanti saya yang akan memberitahunya,” ujar Gavi.

Dokter Fita menghela nafasnya, ia tidak bisa menolak permintaan yang Gavi berikan lewat matanya. Lengan Dokter Fita bergerak mengarahkan layar panel ke arah Gavi.

Di dalam layar menunjukkan hasil scan MRI miliknya yang menunjukkan ada hal lain di isi kepalanya.

Kini telapak lengannya semakin basah karena keringat yang tidak bisa di tahannya.

Fita mulai menjelaskan diagnosanya, menceritakan bagaimana penyakit itu bisa muncul, cara pengobatan dan penanganannya.

“Dokter yakin, ini tidak salah?” tanya Gavi, mencoba menyangkal apa yang di dengarnya.

Fita tersenyum, ini reaksi hal lumrah yang biasanya di lakukan oleh pasien.

“Tidak, Gavi. Ini benar, dan sepertinya kamu juga sudah melewati beberapa pengobatan. Namun, seperti yang kita tahu penyakit ini tidak bisa hilang sepenuhnya," ujar Fita, ia bisa melihat dengan jelas beberapa sel kanker yang menghilang namun malah muncul di tempat lain.

“Kamu, baru mengetahuinya?” tanya Fita, memastikan. Melihat wajah Gavi yang masih tercengang.

Gavi diam, tidak menjawab.

“Jika kamu baru mengetahuinya, Bagaimana kamu menjalani pengobatan selama ini?” tanya Fita, penasaran. Tidak mungkin ia baru mengetahui, sementara ada peningkatan dan penurunan dalam kasus penyakitnya.

“Saya juga penasaran Dok, bagaimana bisa bertahan sejauh ini tanpa tahu apa-apa,” jawab Gavi, sembari tersenyum getir.

Kali ini, rasanya ia kembali di pukul telak oleh kenyataan yang harus di terimanya. Bagaimana? ia bisa mempercayai semua ucapan yang di berikan ayahnya.

Berlibur, untuk menerima pengobatan, meminum banyak vitamin setiap harinya. Kenapa Gavi, bisa sebodoh ini? Tidak menyadari sinyal-sinyal yang tampak jelas di hadapannya.

###

Setelah urusan di rumah sakit selesai, Gavi kembali mengantar bang Rian ke daerah rumahnya yang berada di bawah jembatan layang.

“Makasih ya Bang, udah nemenin gue,” ujar Gavi berterimakasih.

“Iya, kalau ada apa-apa hubungin gue Gav,” balas Rian, meminta Gavi agar ma uterus menghubunginya.

Lihat selengkapnya