Trek
Pintu gedung olahraga terbuka, seseorang muncul dari balik pintu.
Langkah Shani terdiam, membuat pertandingan terhenti. Lalu, ia tersenyum menyapa seorang pria yang berjalan mendekat ke arahnya
“Apa ini, apakah pacar Shani sudah datang?” gumam Zoya.
“Jika seperti itu, haruskah ia berhenti menunggu Gavi dan segera pulang?” batin Zoya.
“Brondong lo tuh Zoy!” Goda Shani, setelah melihat wajah familiar Gavi.
Mendengar itu, Zoya memutar tubuhnya dan melihat ke arah yang sama.
“Huh ..., ” Ia bernafas lega, melihat Gavi dalam keadaan baik-baik saja.
Anak itu melangkahkan kakinya, bersemangat dengan wajah yang tersenyum ceria. Menariknya, baju yang ia kenakan masih persis seperti kemarin. Menandakan jika ia belum sempat pulang ke rumahnya.
“Holaaa,” sapa Gavi pada keduanya dengan senyum yang sangat lebar.
Bug
Zoya melempar bola basket dengan keras ke arah Gavi. Lalu, matanya menatap tajam. Teringat, sikap anak itu yang tiba-tiba menghilang dan tidak ada kabar membuat semua orang mengkhawatirkannya.
Dengan Cepat, Gavi menangkap bola yang Zoya lemparkan kepadanya.
“Yakin, mau lawan gue Zoy?” tanya Gavi.
Namun, Zoya diam tak menjawabnya. Apa yang Gavi lakukan, benar-benar memantik amarahnya. Bagaimana jika sesuatu hal terjadi dan tidak ada seseorang yang bersamanya. Siapa yang akan menolognya?
Sebenarnya apa yang terjadi dan apa yang Gavi pikirkan? tanya Zoya dalam hatinya.
Melihat suasana yang tiba-tiba memanas, membuat langkah Shani bergerak mundur. Dengan cepat ia pergi ke tribun dan lengan kanannya bergerak mengambil tas yang ia kalungkan di bahunya.
“Gue pulang duluan ya, Zoy. Jemputan gue juga udah datang,” ujar Shani berpamitan.
Zoya mengangguk mengiyakan.
“Hati-hati Ci,” balas Gavi, wajah oriental yang Shani miliki membuat Gavi akrab memanggilnya Cici.
Shani mengangguk, kemudian meninggalkan gedung dengan tangan yang terus melambai-lambai.
Seusai kepergian Shani, tak ada perbincangan yang di lakukan keduanya.
Zoya terlihat asik memainkan ponselnya membalas setiap pesan dari Rio yang kembali memenuhi aplikasi berbalas pesan miliknya.
Pandangannya beralih, menatap ke arah Gavi yang terlihat asik memainkan bola basket sendirian dan berulang kali memasukkan bola ke dalam ring. Tanpa membalas satu pesan pun darinya, anak itu tiba-tiba muncul di hadapannya.