Lima belas menit dari tempat latihan. Terdapat sebuah kedai bakmie yang biasa mereka kunjungi.
Seperti biasa, setelah memesan makanan, keduanya akan berjalan naik ke lantai dua. Memilih tempat duduk di luar ruangan yang menyajikan pemandangan citylight Jakarta dengan jarak dua puluh meter mereka bisa melihat kereta api bergerak melewatinya.
Kedai ini, menjadi destinasi wajib yang selalu di kunjungi keduanya. Tempatnya yang syahdu, makanan yang enak juga keramaian yang bisa menenangkan membuat mereka betah untuk tinggal lebih lama.
Pandangan Gavi tertuju menatap ke arah langit, berharap keresahan yang tengah di rasakannya bisa mereda. Di sampingnya, terlihat Zoya masih asyik memainkan ponselnya. Perbincangannya dengan Rio masih belum selesai, ia tidak ingin pacarnya salah paham dan terus berprasangka buruk.
Tittttttt
Klakson panjang terdengar menyala dari kejauhan. Di susul dengan kereta yang meluncur melewati mereka dengan suara bising yang begitu khas.
“Waaaah ...,” ujar Zoya berdecak kagum. Ia meletakkan ponselnya, lalu menikmati pemandangan yang ada di hadapannya. Berapa kali pun, ia sering melihatnya. Kesenangan baru selalu tercipta dan muncul di hatinya.
Pandangan Gavi, tertuju ke arah Zoya. Rambutnya berterbangan acak, reaksi dari angin kencang yang berasal dari hembusan kereta. Melihat reaksi bahagia di wajahnya membuat Gavi ikut tersenyum lebar. Setidaknya, hal ini yang membuat Gavi ingin hidup lebih lama.
“Pesanannya Kak,” ujar seorang pelayan menghampiri keduanya dengan membawa nampan yang penuh dengan makanan.
Gavi menoleh, ke sumber suara.
“Dua Porsi Bakmi keriting, Bakso goreng satu porsi, pangsit rebus satu, siomay satu porsi, kembang tahu, es teh tarik satu juga satu matcha,” ujar Pelayan mengulangi dan menyajikan pesanan secara bersamaan.
“Makasih kak,” ujar Gavi, melihat meja miliknya sudah di penuhi dengan makanan.
Lengannya bergerak, menyiapkan sumpit dan sendok untuk Zoya. Selanjutnya, ia mengambil sepasang alat makan miliknya dan dengan segera menyeruput bakmie ke dalam mulutnya.
“Waah ..., ” ujar Gavi berdecak kagum, matanya terpejam merasakan setiap gigitan yang begitu enak dan berhasil menghangatkan tubuhnya.
“Pelan-pelan!” ujar Zoya memperingatkan.
##
“Gavi udah sama Zoya om, tenang aja,” Isi pesan yang Zoya kirimkan kepada Juna.
Sebuah pesan kembali masuk, memperlihatkan Gavi yang berada di antara hidangan yang di pesannya.
Juna tersenyum, ia bisa bernafas lega setelah melihat keadaan anaknya baik-baik saja.
“Dari siapa Pa?" tanya Gilang, penasaran dengan senyum lebar yang di tunjukan Juna setelah melihat ponselnya.
Gilang dan Juna sedang berada di meja makan, menikmati waktu makan malam bersama. Juna selalu menyiapkan waktu luangnya untuk sarapan dan makan malam bersama dengan anak-anaknya dengan begitu ia bisa tahu tentang apa yang terjadi di kehidupan sehari-hari mereka.
Juna memperlihatkan ponselnya, membagikan rasa senang yang tengah di rasakannya.
Gilang tersenyum, ia bersyukur Gavi memiliki Zoya yang bisa di andalkannya.