Dearly

MiiraR
Chapter #11

Teamre

“Widih mobil baru nih!” ujar Guntur menyapa Gavi yang baru saja turun dari mobilnya.

Anak itu terlihat membaluti seragam sekolah miliknya, dengan outer berwarna putih yang memiliki corak berwarna merah dan biru di bagian lehernya.

Mobil Hyundai Creta berwarna putih itu terparkir, menggantikan mobil Toyota Camry yang biasanya Gavi pakai.

“Sssshuuut!!!” ujar Gavi menghentikan ocehan Guntur yang terus berdecak kagum dengan pemandangan mobil baru yang di lihatnya. Mobil itu terlihat mentereng berbeda dari mobil-mobil yang lain.

“Ngga usah banyak omong, bantuin gue bawa barang-barang di belakang,” lanjut Gavi.

Ia bergerak menuju pintu penumpang mobilnya, yang berisi berbagai macam perlengkapan syuting dan menulis miliknya.

Bruk

Ia memberikan setumpukan naskah, kepada Guntur.

“Sini, gue bantu bawain,” ujar Renata salah satu anak teater juga muncul dari belakang.

“Udah lo bawa itu aja Tur, Ren tolong bawain ini ya!” ujar Gavi sembari menyerahkan sebuah kotak berukuran sedang kepada renata.

Sementara Gavi terlihat menenteng tas kamera dan laptop di kedua lengannya. Terlalu banyak barang yang harus di bawanya sehingga ia membutuhkan bantuan adari anak-anak untuk membawanya ke ruang teater.

Pandangan Gilang, terhenti melihat hal menarik di pandangannya.

Untuk pertama kalinya, ia melihat seorang perempuan lain berjalan beriringan dengan Gavi. Mereka terlihat begitu akrab, mengobrol dan juga tertawa di saat yang bersamaan.

Pandangan pagi yang terasa menyesakkan untuk Gista. Melihat itu di depan matanya, benar-benar bisa merusak hatinya. Ia belum mendapat jawaban kenapa hari itu Gavi membatalkan pertemuannya secara sepihak. Dan sekarang ia malah jalan bersama di sekolah dengan perempuan lain.

“Sebenarnya, Gavi menganggap hubungan mereka seperti apa?” pikir Gista.

Melihat itu menambah rasa kesal di hati Gista, hari ini ia berharap tidak pernah bertemu dengan Gavi di kebetulan manapun.

Bertemu dengannya, hanya akan membuat hati Gista semakin terluka. Harapannya terwujud, bahkan setelah istirahat kedua berakhir ia tidak melihat batang hidung pria itu. Dan tidak ada usaha yang Gavi lakukan untuk menemuinya, menjeleskan apa yang terjadi atau meminta maaf.

Semua sikap yang di berikannya terasa sangat menjengkelkan dan membuat Gista merasa kesal hingga puncak kepalanya. Namun, Gista tidak bisa mengutarakan apa yang ia rasakan.

Ia tidak bisa memberitahukan perasaannya dengan jelas kepada Gavi. Takut, jika selama ini perasaannya hanya bertepuk sebelah tangan saja.

Lihat selengkapnya