“Kenapa, mau nonton? Bukannya gabisa kan lo lagi liburan!” tanya Zoya, kemudian menjawab lagi sendirian.
“Dih, siapa bilang? gajadi kan, ” jawab Gavi.
Dahi Zoya mengerut, mempertanyakan seberapa banyak ia kehilangan info tentang anak ini. Bagaimana bisa? ia tidak mengetahui info se penting ini?
“Nanti gue dateng Zoy, bawa anak-anak juga biar lebih rame,” ujar Gavi, menjanjikan untuk datang ke acara pertandingan final basket.
"Beneran Gav, lo ngga lagi bohongin gue kan? Ngasih harapan, padahal lo sendiri ngga bisa berangkat juga,” balas Zoya, memperingatkan agar Gavi tidak sembarangan bicara.
“Sejak kapan, gue bohongin lo. Gue pasti datang!” ucap Gavi, mempertegas ucapannya.
Saat ini, banyak pikiran yang terbersit di kepala Zoya.
Kenapa liburan itu tiba-tiba di batalkan? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Gavi baru memberitahunya? Gilang maupun Papa Juna tidak pernah memberitahunya soal ini.
“Hehhh Kok lo diam?”
“Udah tidur Lo?” tanya Gavi, menyadari Zoya tidak menanggapi ucapannya.
Pandangan Gavi beralih melihat ke arah jam dinding yang berada di kamarnya, menunjukan jam dua dini hari.
"Kebiasaan ya Zoy, lo selalu ninggalin gue tidur duluan!” ucap Gavi, memprotes tindakan Zoya. Kemudian segera memutuskan sambungan telpon.
Pandangan Zoya menatap ke arah langit-langit, Ia masih terpaku setelah mendengar ucapan Gavi yang cukup mengejutkannya.
Banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepalanya secara bersamaan, namun di waktu yang selarut ini, siapa yang bisa ia hubungi untuk meredakan rasa ingin tahunya.
##
Keesokan harinya.
06.00 pagi
Setelah mendapat pesan dari Zoya yang meminta bertemu dengannya, Gilang langsung menjadwalkan pertemuan sebelum berangkat ke sekolah.
Di taman perumahan Zoya ia menunggu kedatangan kakak perempuannya.
Zoya datang, di kedua lengannya terlihat ia membawa tas berisi makanan.
Ia tersenyum menyapa Gilang yang sudah menunggunya, dengan baju seragam SMA yang di baluti jaket kulit untuk motoran, sementara ia mengaitkan tas sekolah di bahu lengan kanannya.
Bug