Tring
Pintu mini market terbuka, langkah kaki Gilang melangkah dengan ringan menuju bagian belakang, tempat lemari pendingin berada. Mengambil satu botol minumn isotonic, satu botol air mineral dan juga sebotol minuman yang memiliki rasa coklat. Selanjutnya, ia beralih ke area camilan mengambil beberapa kantong snack.
Lalu, segera beralih ke arah meja kasir dengan menambahkan dua cup mie instan juga sosis.
Sudut bibir Gilang tersenyum, melihat Renata yang tengah berada di balik meja kasir. Dengan tubuh yang di baluti rompi kerja nya, ia terlihat mahir memasukkan berbagai macam belanjaan Gilang, menghitungnya ke dalam mesin komputer dan memasukkannya ke dalam kantong kresek.
Penampilannya yang sederhana ini mampu membuat Gilang jatuh berulang kali kepadanya. Setelah mengetahui tempat kerjanya, Gilang dengan sengaja datang ke tempat ini agar bisa melihat renata lebih lama lagi.
Dan setelah itu, keinginan ia untuk mengenalnya semakin menguat dan mendorong Gilang untuk melangkah lebih jauh. Namun, entah kenapa di depannya Gilang tak mampu berbicara sepatah kata pun.
“Totalnya, 76500 rupiah. Ada tambahan lagi?” tanya renata.
Gilang menggeleng, lalu menyerahkan uang dengan nominal seratus ribu. Mendengar suranya yang begitu lantang dari dekat, membuatnya tak bisa menyembunyikan rasa gugup yang tengah di rasakannya.
Dahi Renata mengerut, meyadari lengan Gilang yang bergetar hebat.
Gilang mengalihkan pandangannya, merasa malu.
Kurang dari satu menit ia telah menerima kembalian dari renata.
“Aisshh ..., ” ujar Gilang berdecak kesal, menyadari sikap bodoh yang tidak bisa di kontrolnya.
Pandangan Renata tertuju, mengikuti pergerakan pria itu.
Aneh, rasanya melihat orang ini tiba tiba muncul di hadapannya.
Biasanya, ia hanya berpapasan dengan Gilang saat di sekolah saja. berbeda dengan Gavi anak itu terlihat lebih pendiam dan waktu yang di milikinya habis untuk belajar.
Melihat, ia di tempat kerjanya. Mengambil beberapa camilan. Lalu, duduk di salah satu bangku, menata meja. Sembari menunggu mie matang Gilang mulai menyalakan layar tablet miliknya. Tak lama setelahnya sepasang earphone terpasang di telinganya.
Di tengah terik matahari dan cuaca yang semakin panas, Gilang tetap duduk disana memecahkan setiap soal yang berada di dalam buku. Sesekali, ia terhenti, untuk menikmati camilan yang di milikinya.
Semua pergerakan itu, menarik perhatian Renata. Dan tanpa sadar ia terus mengikuti aktifitas yang Gilang lakukan.
“Apa alasan ia memilih diam disana? padahal di rumah atau di sekolah ia bisa belajar di dalam ruangan yang lebih nyaman,” pikir Renata.
Waktu berjalan lebih lambat dari biasanya, satu persatu lembaran pekerjaan rumah yang di milikinya sudah Gilang kerjakan. Kini, ia beralih membuka skrip pertunjukkan yang di dapatnya. Memahami karakter yang akan di perankannya dan menggali lebih dalam perasaan yang akan ditunjukkan karakter.
Tring
Pintu minimarket terbuka.
Pandangan Gilang tertuju ke arah seorang perempuan yang berjalan keluar. Lalu, matanya kembali menatap lingkungan sekitar, menyadari langit yang sudah menggelap.
Setelah jam kerjanya berakhir, Renata mengganti seragam kerjanya dengan pakaian yang lebih santai. Sebuah kaos yang di baluti jaket klub teater.