Dearly

MiiraR
Chapter #16

Hang out

Gista menghentikan langkahnya, matanya terbelalak melihat Gavi yang sudah berada di ruang tamunya. Dengan pakaian yang terlihat sangat rapih ia berbincang asik dengan kedua orang tuanya.

Menyadari suara langkah kaki yang terhenti, membuat Gavi menoleh melihat ke arah Gista yang berdiri mematung di pertengahan tangga penghubung lantai satu dan dua rumahnya. Baju piyama masih menempel di tubuhnya.

"Apa ini, kenapa dia tiba-tiba datang?" tanya Gista di dalam hatinya.

Sudut bibir Gavi tersenyum, menyapa Gista dari tempatnya.

Tak lama kemudian ibu beranjak, bergegas menghampiri Gista. Lengannya, merangkul tubuh anak perempuannya kembali ke dalam kamar.

Dengan ekspresi yang masih kebingungan Gista menyeret tubuhnya naik kembali ke atas.

"Kok kamu belum siap-siap Gis?"protes ibunya.

“Hari ini aku ngga pergi kemana-mana kok bu,” balas Gista, memastikan iya tidak akan pergi kemana pun.

"Loh, itu Gavi udah datang loh jemput kamu. Masa, ngga pergi?” jawab ibunya, menjelaskan jika Gavi sudah meminta ijin kepada ayah dan ibunya untuk membawa Gista jalan-jalan keluar hari ini.

Gista menggeleng, tidak mengerti dengan jalan pikiran Gavi.

Tidak ada kata janji yang ia ucapkan kepadanya dan sekarang dia tiba-tiba datang ke rumah meminta ijin. Seolah-olah, Gista akan mengiyakan ajakannya.

"Udah cepetan, siap-siap!" perintah ibu, lagi. Menyadarkan Gista dari lamunannya.

Gista menghela nafasnya, ia benar-benar tidak mengerti dengan sikap yang Gavi tunjukkan kepadanya.

Setelah membatalkan janjinya, dalam dua minggu ia tidak pernah mencoba akses komunikasi apapun dengannya dan sekarang tiba-tiba ia muncul di rumahnya. Dengan segampang itu mendapat ijin dari orangtuanya untuk mengajak ia pergi.

Bagaimana bisa Gavi bertindak seenaknya? pikir Gista.

Pada akhirnya, Gista memutuskan untuk mengiyakan ajakan Gavi. Ia tidak ingin terus berfikir sendiran, setidaknya dengan pertemuan hari ini ia bisa menemukan titik terang hubungan antara keduanya. Ia juga ingin mendengar alasan apa yang akan Gavi berikan untuknya.

“Kok bisa datang ke rumah, tanpa ngabarin aku dulu?” tanya Gista, memecah keheningan yang terjadi di dalam mobil.

Pandangan Gavi beralih, menatap lembut ke arah Gista.

“Aku belum bilang yah, mau ajak kamu pergi hari ini?” tanya Gavi, seingatnya ia sudah merencanakan untuk bepergian hari ini dengan Gista. Tapi, dari reaksi yang Gista tunjukkan sepertinya ia belum tahu tentang rencananya.

“Belum, setelah malam itu kamu ngga ada tuh hubungin atau bicara sama aku,” balas Gista, mengungkapkan apa yang selama ini di tahannya.

Gavi terdiam, kembali mengingat apa yang terjadi dalam dua minggu terakhir. Dalam kurun waktu itu, terlalu banyak hal yang terjadi dan di saat bersamaan ia juga perlu mengolah semua informasi yang di dapatnya secara bersamaan.

Lihat selengkapnya