Dearly

MiiraR
Chapter #20

See u, next

“Yaaa ...!” teriak pria tua itu, merasa di permainkan.

“Apa ini yang orang tua kamu ajarkan?” terusnya. Secara alamiah tubuhnya mulai merunduk, mengambil tiap lembaran uang yang kini tergeletak di lantai.

Gavi mengangguk, mengiyakan. Mengakhiri semua permasalahan ini dengan cepat dan segera meninggalkan restoran membiarkan pria itu mengambil apa yang sudah di berikannya.

Di belakangnya terlihat Zoya mulai mengikutinya dari belakang.

Tap

Ia menghentikan langkah Gavi.

“Bukankan itu terlalu berlebihan, nggak seharusnya lo perlakuin orang tua kaya gitu?” bentak Zoya, menasehati Gavi.

“Terus gimana? dengan apa yang dia lakuin ke gue?" balas Gavi balik bertanya.

“Apa itu, hal wajar yang bisa dia gunakan?”

“Dan karena kita masih kecil, kita harus terus diam. Nerima semuanya, gitu aja?” tanya Gavi memutar balikkan fakta.

Dalam kejadian itu ia tidak sepenuhnya bersalah. Tapi, cara orang itu mempermalukan dan melukai harga dirinya tidak bisa ia biarkan.

Dan itu satu-satunya cara yang ia bisa lakukan untuk membalasnya. Mungkin, orang lain akan melihatnya sebagai hal yang tidak benar. Tapi, Gavi tidak peduli. Selama ia bisa mempertahankan apa yang menurutnya benar ia akan melawan.

Plak

Sebuah tamparan Zoya berikan untuk menghentikan ocehan Gavi.

“Jaga cara bicara lo?” ucap Zoya memperingatkan, tidak suka dengan cara Gavi yang melampiaskan amarah kepadanya.

“Oke, lo mau gue gimana?” tanya Gavi, lagi

“Minta maaf?”

“Ayo, kita balik lagi kesana. apa perlu gue sampe berlutut atau bersihin baju orang itu di hadapan semua orang?” tanya Gavi, bola matanya membesar menunjukkan kemarahan yang belum pernah ia perlihatkan sebelumnya.

Cara Zoya yang memperlakukannya seperti itu, kembali melukai hati Gavi. Biasanya, orang ini akan berdiri paling depan untuk membelanya. Namun, hari ini ia terlihat begitu bertentangan dengan keputusan yang ia buat.

“Gav, tenangin diri lo!” pinta Zoya. 

 “Gue tahu itu bukan salah lo sepenuhnya, tapi hal itu juga ngga bisa jadi pembenaran atas sikap lo tadi,” terus Zoya.

Gavi menghela nafasnya, pandangannya menghadap ke arah langit-langit. Mencari jawaban dari setiap pertanyaan yang munccul di kepalanya.

Ia tidak tahu kenapa hari ini berjalan begitu berantakan, terlalu banyak hal yang terjadi di luar kendalinya.

Rasanya, hari ini datang hanya untuk mempermalukannya saja.

Lihat selengkapnya