Dearly

MiiraR
Chapter #25

Facto

“Sejak kapan lo tahu tentang semua ini?” tanya Zoya, tidak bisa menahan rasa ingin tahunya.

“Gue ngga sengaja dengar obrolan Papa sama Gilang. Untuk pertama kalinya, gue ngerasa kecewa dan marah ke mereka berdua,” jawab Gavi.

Rasa kecewa dan marah yang di rasakannha belum mereda. Membiat Gavi kesulitan saat berada di antara keduanya.

Ia harap, Papa dan Gilang bisa bereaksi lebih jujur dan tidak menyembunyikan apapun. Dengan begitu, ia bisa merasa lebih tenant dan tidak terlalu takut tentang apa yang belum terjadi. Namun reaksi yang mereka berikan berbanding terbalik, membuat Gavi lebih berhati-hati. Berusaha apapun yang terjadi, sebisa mungkin ia tidak ingin merepotkan keduanya.

Pernyataan itu, memukul telak hati Zoya menimbulkan rasa tercekat yang sulit ia gambarkan. Dengan mata terbelalak, ia menatap ke arah Gavi. Berharap apa yang di dengarnya, Tidak benar dan tidak pernah terjadi.

Setelah mengetahui semua itu, bagaimana Gavi bisa hidup? Kenapa, ia milih menyembunyikan semuanya sendiri?

“Gue ngga tahu alasan apa yang buat mereka bisa sembunyiin ini dari gue,” terus Gavi, tidak bisa memahami keputusan yang mereka buat.

Kenapa harus menyembunyikan ini darinya?

“Meskipun ada alasan yang sangat baik, tetap aja ngga seharusnya mereka lakuin itu. Terlebih, ini tentang hidup gue sendiri,” timpalnya.

Jawaban itu menimbulkan, rasa sesak di hati Zoya.

Bagaimana jika Gavi juga mengetahui dirinya bersekongkol dengan mereka. Apakah dia akan merasa keccewa dan marah juga? pikir Zoya di dalam hatinya.

“Setelah mendengar itu, gue mutusin buat ngelakuin pemeriksaan mandiri,” ujar Gavi, ia perlu meyakinkan dirinya dan mendengar semuanya secara langsung dari dokter.

“Gue telalu naif, dan ga bisa nerima fakta itu.”

“Tapi semakin gue denial, tubuh gue juga ngirim banyak sinyal-sinyal yang bikin gue ngga bisa berkutik!” jawab Gavi menjelaskan semuanya dari awal.

“Rasa sakitnya mulai tak tertahankan, dan sama seperti tadi gue ngga bisa ngapa-ngapain. Selain nerima rasa ini, dan ngebiarin semuanya mereda sendiri,” lanjutnya, semakin banyak hal yang Gavi ucapkan semakin terdengar jelas getaran yang ada di tubuhnya.

Ia sengaja memberitahu Zoya, pelukan dan reaksi yang ia berikan tadi membuat ia ingin mempercayainya.

Merasa batasan yang selama ini di buat Gavi tidak ada artinya. Dan dengan jelas ia merasa membutuhkan perempuan ini di dalam hidupnya. Dengan begitu ia berharap Zoya akan membantunya untuk menentukan arah. Bukan, kebingungan dan meraba-raba semuanya sendiri.

Air mata kembali menggenang di pipi Zoya, ia tidak bisa menahan rasa sedih dan pilu yang menghujamnya dengan keras. Dengan mudah ia bisa membayangkan apa yang terjadi kepada anak itu. Di kepalanya terbayang sempurna, bagaimana anak ini bertindak sendirian.

Lihat selengkapnya