Dearly

MiiraR
Chapter #32

Night G

Setelah menempuh perjalanan yang panjang, Gavi memarkirkan mobilnya di kediaman Zoya. Gelap malam menunjukkan waktu yang berlarut begitu cepat.

Pandangannya menoleh ke arah Zoya, yang tengah tertidur lelap di kursi penumpang sebelah kirinya.

Melihat itu, membuat Gavi mengurungkan niatnya untuk menyalakan klakson agar satpam datang dan membukakan gerbang untuknya

Kali ini, ia memilih untuk turun dari mobil dan menghampiri langsung ke pos satpam.

“Pak tolong bukain yah,” ujar Gavi memintanya kepada Pak Supri seorang satpam yang berugas menjaga rumah Zoya.

“Ga usah pak, tolong turunin barang-barang aku aja,” sahut Zoya muncul dari belakang.

“Gue turun disini aja gav, lo juga capek kan!” lanjut Zoya.

Gavi menggeleng, menolak.

"Udahlah sini gue anta raja smapai dalam, ” balas Gavi, menawarkan bantuannya.

Namun, Zoya kembali menolaknya ia mempererat genggaman tanganya, menahan tubuh Gavi. 

Menyadari itu membuat Gavi menyerah, langkahnya berjalan mundur membiarkan Pak Supri mengeluarkan barang-barang Zoya dari dalam mobil miliknya. 

Melihat rencananya berhasil, membuat Zoya melepas lengannya dari Gavi. kemudian melihat ke arahnya sekali lagi.

"Apa?” tanya Gavi, kesal dengan penolakan yang Zoya berikan.

“Thanks ya, Gav! ” ujar Zoya, mengatakan ucapan terima kasih atas dua hari yang berjalan dengan menyenangkan.

Gavi mengangguk setuju, ia juga berterima kasih. Waktu yang di habiskan keduanya, banyak membuat Gavi tersadar dan membukakan pandangan baru lagi untuknya. Membuat semangat dalam hidupnya kembali tersulut, dan ia juga banyak bersyukur. Sehingga ia bisa kembali focus untuk menyelesaikan segala rencananya tanpa perlu mengkhawatirkan apapun.

Lengannya melambai, berpamitan dengan Zoya dengan langkah kaki yang terus berjalan mundur menuju mobil miliknya.

“Gav …!” panggil Zoya, lagi terus memanggilnya. Menggambarkan bahwa hati kecilnya, selalu mengkhawatirkan keadaan anak itu. 

Di balik senyumannya yang manis, ia menyimpan banyak luka yang tidak di sadari oleh siapapun. Seandainya kekacauan beberapa hari kemarin tidak terjadi, sama seperti mereka Zoya juga tidak akan pernah tahu tentang luka yang tengah Gavi rasakan. Kecewa, sedih, dan marahnya hanya dia yang tahu seorang diri.

Melihat apa yang terjadi kepadanya, membuat ia ingin terus menjaga dan berada di sampingnya.

Panggilan yang Zoya berikan menghentikan langkahnya, anak itu kembali menghampiri kakak perempuannya.

“Sorry, gue lupa ...,” ujar Gavi, sembari menyerahkan ponsel miliknya.

“Ngga usah, lo pake aja! ” balas Zoya, menolaknya.

Lihat selengkapnya