Dengan rasa kecewa yang kembali memenuhi hatinya, Rio memutuskan untuk pulang.
Desahan nafas berat, marah, kecewa mengisi penuh kamarnya.
Lengannya bergerak, memasukkan sebuah kotak ke dalam lemari menutup rapat hadiah yang ia siapkan untuk Zoya sebelumnya.
Meskipun Zoya selalu memperingatkan untuk tidak mengkhawatirkan hubungannya dengan Gavi. Tetap sulit bagi Rio untuk melakukannya, ia tidak bisa menghilangkan resah yang berada di dalam hatinya.
Apalagi dengan yang terjadi dua hari terakhir.
Sejak pertandingan berakhir, Zoya tidak pernah menghubunginya. Bersama Gavi ia menghilang dan sulit di hubungi.
Membuat banyak pertanyaan muncul di dalam kepalanya secara bersamaan.
“Apa mereka bersama sejak kemarin? pergi kemana? Apa yang di lakukan keduanya hingga perlu waktu lebih dari dua hari? Kenapa, Zoya tidak mengabarinya?” pertanyaan-pertanyaan itu terus bersahutan menandakan rasa khawatir dan gelisah.
Tubuh Rio terbaring di ranjang, dengan mata terpejam ia mengistirahatkan tubuhnya sejenak agar bisa lebih rileks.
Tring tring
Beberapa pesan masuk secara berurutan.
Mendengar itu membuat tubuh Rio beranjak dengan cepat mencari ponselnya.
Bibirnya tersenyum menyadari pesan itu di kirim dari Zoya, kekasihnya lewat aplikasi Stargram.
Sudah lama, ia menantikan kabar darinya dan apa yang di lakukan Zoya cukup meredam rasa amarahnya. Karena ia benar-benar menyukainya, membuat apa yang rio rasakan bisa lenyap dengan mudah.
Namun senyum, itu kembali memudar tepat setelah Rio membuka aplikasi stargam, di halaman depan feed postingan terbaru Zoya muncul.
Menimbulkan helaan nafas berat kembali rio keluarkan dari mulutnya. Jemarinya bergerak menggeser satu persoto foto yang Zoya posting di aku social medianya.