Dearly

MiiraR
Chapter #41

Tire

Lengan Gilang bergerak meletakkan nampan yang berisi dua macam sandwich, satu es coklat dan satu minuman bersoda di meja. Di depannya terlihat Gista yang tengah asik membaca ulang naskah scenario untuk pertunjukkan.

“Makan dulu Gis!” titah Gilang.

Menyadari makanan sudah datang, Gista menutup naskah kemudian meletakkannya di meja sebelah kiri. Sejak kemarin, keduanya sengaja membuat janji temu untuk membahas dan mempelajari karakter yang akan di perankan.

Sama seperti wanita pada umumnya, setelah memasukkan sesuap makanan ke dalam mulutnya, tubuh Gista bergoyang kecil menandakan jika makanan itu enak dan ia sangat menikmatinya.

Bibir Gilang tersenyum, dengan mulut yang terisi penuh dengan makanan.

Lima belas menit berlalu, Gilang menyelesaikan lebih dulu makanannya kemudian membersihkan mejanya dengan cepat.

“Gis ...?” panggil Gilang, dengan ragu.

“Ya ..., kenapa Lang? apa ada yang mau lo tanyain lagi?” tanya Gista, apakah ada hal lain yang ingin di tanyakannya, belum puaskah ia dengan jawaban yang Gista berikan sebelumnya.

"Lo lagi ngga ada masalah sama siapa-siapa kan?” tanya Gilang penuh rasa ingin tahu.

“Siapa?” tanya ista tidak mengerti.

“Lo sama Gavi, kalian berdua baik-baik aja kan?” tanya Gilang, memperjelas maksudnya.

Pertanyaan itu membuat Gista terdiam, ia juga tidak tahu. Apakah hubungannya baik-baik saja?

Tapi, setelah pertemuan malam itu, ia tidak pernah bertegur sapa atau berhubungan secara intens dengan Gavi secara langsung atau lewat aplikasi pesan mana pun. 

Yang bisa di rasakannya, hanya perasaan kecewa yang terus menumpuk di hatinya. Membuat ia berfikir dan merasa sendirian, ia melewati setiap malam dengan pikiran yang terus berkecamuk.

Mempertanyakan sikap Gavi kepadanya? Di tengah kepahitan itu apa yang membuat Gista terus memilih menunggunya? Sementara, di tempat lain ia tengah bersama dengan orang lain. Dan, tidak pernah memikirkannya.

Apa yang telah Gavi lakukan terhadapnya? kenapa ia tidak bisa terlepas dari laki-laki itu. Padahal selama ini yang di lakukannya hanya terus melukai dan mengecewakan perasaan Gista. Ia terus menerka-nerka semuanya.

“Setelah kita nonton pertandingan kak Zoya, gue ngga pernah bicara sama Gavi lagi Lang,” jawab Gista, mungkin ini saatnya untuk Ia mengatakan keluh kesahnya.

"Kenapa?” tanya Gilang, semakin penasaran.

" Apa ada hal yang buat kalian berantem, dan berakhir kaya gini?” lanjutnya.

Gista menggeleng, tidak ada pertengkaran yang terjadi di antara keduanya. Namun, entah mengapa rasanya Gavi benar-benar menjauh dan menghindarinya.

Padahal malam itu, ia mengantarnya pulang, memberinya bunga dan berjanji untuk menemuinya kembali di sekolah. Namun, seperti biasa Ia tidak bisa menepati janjinya.

Gavi kembali menghilang, lalu datang dengan membawa kabar yang tak bisa di terima Gista.

Lihat selengkapnya